Amnesia Kristologis
Siapakah orang Kristen? Seorang Kristen adalah mereka yang mengenal dan percaya kepada Yesus. Ini adalah definisi yang mendasar, dan hampir semua orang setuju pada definisi ini. Namun berkenaan tentang siapa Yesus, jawabannya variatif, dan ironinya kebanyakan orang mengenal Yesus secara parsial, karena terjangkit sebuah fenomena yang disebut seorang teolog dengan istilah, “Amnesia Kristologis”.
Untuk mengambarkan orang-orang tersebut, Richard Niebuhr dalam karyanya, “The Kingdom of God in America” (1988) pernah dengan gamblang mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang percaya Kristus tapi tanpa salib-Nya (Christ without cross), juga mereka yang percaya Kerajaan tanpa penghakiman (Kigdom without Judgement). Sebagai orang Kristen, kita mengetahui bahwa Kitab Suci dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan membenci dosa, dan juga akan menghadirkan penghakiman-Nya bagi mereka yang tidak taat atau memberontak kepada Tuhan.
Hanya saja, karena sentimen dari zaman sekuler saat ini, seorang Kristen dapat dilumpuhkan pengertian Kristologinya dan terjangkit, “Amnesia Kristologis”. Alhasil, hanya dimensi “kasih” Kristus yang ditekankan sedemikian kontrasnya, tetapi di saat bersamaanmengabaikan aspek lainnya, seperti misalnya “pendisiplinan Allah”(discipline from God) atas umat yang dikasihi-Nya. Intinya, kasih ditinggikan dan aspek lain dilupakan. Fenomena ini pun tercermin dalam komunitas Kristen tanpa disadari.
Ada seorang dokter Kristen dalam suatu Conference Kristen pernah menyatakan bahwa dalam komunitas Kristen, saat ada sahabat dekat kita yang melakukan pelanggaran dosa, respons kita pada umumnya adalah memberikan penghiburan kepada mereka, “tidak apa-apa koq, apapun yang engkau perbuat, Yesus selalu mengasihi Engkau!” Lalu ia katakan, “jarang sekali ada yang bersedih dan menyatakan dengan jujur bahwa tindakan tersebut mendukakan Allah, disamping kita juga ikut bersedih dan menyemangati mereka untuk bertobat dan kembali bergantung pada kuasa Allah yang mengubahkan.”Inilah realitanya.Hari-hari ini mudah bagi kita untuk menyatakan Allah mengasihi manusia berdosa, namun disisi lain kita lupa untuk menegaskan juga bahwa Tuhan juga membenci dosa.
Ditambah lagi kotbah tentang kasih Allah ternyata jauh lebih diminati daripada kotbah penghakiman dan pendisiplinan Allah yang membuat orang Kristen akan semakin lupa akan realitas Kristologis yang utuh. Variasi lainnya adalah menyatakan bahwa Tuhan tetap akan selalu mengasihi manusia berdosa, sekalipun mereka melakukan dosa sebab Tuhan membenci dosanya, bukan orangnya.
D.A. Carson dalam karyanya, “How Long, O Lord?” pernah menuliskan bahwa kita harus keluar daripada pernyataan Injili yang klise (Evangelical cliches), bahwa Tuhan mengasihi manusia berdosa, tetapi benci dosanya (Loving the sinner but hating the sin). Carson katakan bahwa dosa tidak dapat dipisahkan dari pribadi, sebab dosa bukan sekedar aksi (outward actions), tapi dosa menyangkut keseluruhan pribadi/individu (entire person). Dengan mengetahui realitas ini, seseorang diajak kembali dengan sungguh untuk menyadari betapa seriusnya dosa dan betapa berdosanya mereka dihadapan Allah yang membenci kejahatan. Mereka yang berdosatidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri – dan semua yang berdosa adalah “seteru Allah” (Enemy of God; Roma 5:10), layak dihukum oleh Allah.
Tentu saja realitas tersebut tidak seharusnya membuat kita berkecil hati atau putus asa, namun sebaliknya, justru memberikan pengharapan, dan mengalihkan padangan mata kita hanya kepada Kristus Yesus, yang mampu menyelamatkan, sebagaimana Kitab Suci juga dengan jelas menegaskan dalam Injil Lukas 19:10, “Sebab, Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”. Marilah kita yang mengaku percaya pada Yesus belajar untukmelihat aspek Kristologis dengan utuh, dan tidak dikaburkandan dibuat lupa oleh arus zaman. Biarlah Kitab Suci dan Injil Kristus menjadi pegangan kita, sehingga melalui pengenalan akan Yesus yang utuh, kita dapat hidup dalam “kesadaran diri” dan “kerendahan hati” (by knowing the judgement / punishment / discipline of God) sertahidup dengan“doxology”dan “ucapan Syukur” yang melimpah (by knowing the grace and love of God)! [YCT]