Anugerah Efektif
Dalam teologi, dikenal dua macam anugerah yaitu anugerah umum dan anugerah khusus atau disebut pula anugerah efektif atau manjur (efficacious grace). Dalam tulisan ini, kita akan membahas anugerah efektif dan aspek-aspek yang terkait.
Anugerah efektif sesuai namanya, efektif di dalam orang-orang yang menerimanya. Semua yang menerima anugerah itu meresponinya secara positif dan menjadi orang percaya. Anugerah ini merupakan pekerjaan Roh Kudus yang menggerakkan hati manusia untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Disebut efektif karena anugerah ini tidak dapat ditolak. Bahwa Roh Kudus yang menggerakkan tidak berarti manusia kehilangan kehendak bebasnya. Sama sekali tidak. Individu itu percaya dengan kesadaran dan kehendak dirinya sendiri. Landasan anugerah ini terdapat dalam ayat-ayat yang berbicara tentang “panggilan” (Rm.1:1, 6-7; 8:28; 1Kor.1:1–2, 24, 26; Ef.1:18; 4:1, 4; 2Tim. 1:9).
Ada delapan aspek yang terkait dengan anugerah efektif.
Pertama, tidak semua orang dipanggil. Anugerah efektif tidak diberikan kepada semua orang tetapi hanya pada orang pilihan. Dalam Roma 1:5-6, Paulus menegaskan bahwa dari antara sekian banyak orang non-Yahudi, tidak semua dipanggil. Jemaat di Roma termasuk yang dipanggil oleh anugerah khusus Allah. Penegasan serupa diberikan Paulus kepada jemaat Korintus (1Kor.1:24-28).
Kedua, anugerah itu efektif karena tidak akan pernah dapat ditolak manusia. Ini tidak berarti bahwa ada orang yang menolak untuk datang pada Tuhan tetapi kemudian Allah memaksanya. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menggerakkan orang berdosa untuk berkehendak datang. Sebagai akibatnya, dia dengan kerelaan diri tidak menolak anugerah Allah.
Ketiga, anugerah efektif tidak menafikan keterlibatan manusia. Manusia tetap bertanggung jawab untuk percaya pada Injil untuk diselamatkan. Tanpa iman, ia tidak akan diselamatkan (Kis. 6:31). Yesus menegur orang Yahudi yang tidak mau percaya, “namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.” (Yoh.5:40).
Keempat, di dalam anugerah efektif, Allah menarik orang untuk datang kepada-Nya. “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, …” (Yoh.6:44). Inisiatif Allah dalam hal keselamatan ditegaskan di sini. Tanpa tindakan Allah, tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Nya.
Kelima, Roh Kudus terlibat aktif dalam anugerah efektif. Sebelum seseorang berespons terhadap anugerah Allah, Roh Kudus terlebih dahulu menyakinkan manusia agar menyadari keberdosaannya dan kebenaran Kristus (Yoh.16:8-11). Roh Kudus pula yang mengefektifkan anugerah ini dalam hal melahirbarukan seeorang (Tit.3:5).
Keenam, anugerah efektif harus melibatkan firman Allah. Sebagai respons terhadap anugerah Allah, seseorang menjadi beriman. Akan tetapi, iman tidaklah hampa melainkan berisi pengetahuan untuk dipercaya. Oleh karena itu, anugerah efektif tidaklah diberikan terlepas dari kebenaran Alkitab. “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rm.10:17). Rasul Petrus mengingatkan pembacanya bahwa mereka mengalami kelahiran baru “dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal” (1Pet.1:23). Firman Allah itu hidup dan menjadi sarana terjadinya kelahiran baru.
Ketujuh, anugerah efektif diberlakukan kepada perorangan bukan kelompok. Sebagaimana pembenaran dilakukan Allah berlandaskan perorangan dan bukan sekelompok orang, demikian pula pelaksanaan anugerah efektif. “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Rm.8:30). Dengan kata lain, keselamatan adalah tanggung jawab pribadi.
Kedelapan, anugerah efektif telah ada sejak kekekalan. Meskipun pelaksanaan anugerah itu terjadi dalam ruang dan waktu, Allah telah merencanakannya sejak kekekalan. Roma 9:11 menegaskan tentang rencana dan ketetapan Allah di dalam kekekalan. Bahkan sebelum Yakub dan Esau melakukan hal baik atau buruk, Allah telah memilih Yakub dan mengabaikan Esau. Jadi, pilihan Allah tidaklah bergantung pada perbuatan manusia tetapi keputusan Allah dalam kekekalan.
Pentingnya anugerah efektif bersangkut paut dengan empat faktor.
Pertama, berkaitan dengan dosa. Efesus 2:1 menyatakan kondisi manusia sebelum diselamatkan, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu”. Jika seseorang itu mati maka ia tidak dapat memberikan respons kepada Allah. Allahlah yang pertama-tama bertindak. Oleh karena itu, Allah dengan anugerah-Nya memanggil orang yang mati dalam dosa.
Kedua, berkaitan dengan ketidakmungkinan Allah gagal. Barangsiapa yang dipanggil Allah tidak mungkin akan terhilang (Rm.8:29-30). Orang yang ditentukan-Nya, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya. Dengan demikian, Allah yang memanggil dengan anugerah-Nya adalah Allah yang menuntaskan panggilan itu. Allah tidak mungkin tidak menyelesaikannya.
Ketiga, anugerah efektif itu adil karena Allah selalu berlaku adil. Berkaitan dengan panggilan Allah terhadap Yakub dan penolakannya terhadap Esau, Rasul Paulus mengajukan pertanyaan, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil?” (Rm.9:14). Paulus menjawabnya sendiri, “Mustahil!” Keterbatasan pikiran dan ketidaksanggupan manusia memahami cara kerja Allah tidak serta-merta menyatakan Allah berlaku curang dan tidak adil. Allah tetap adil dalam segala tindakan-Nya.
Keempat, anugerah itu adil karena manusia (tetap) harus percaya. Sebagaimana sudah disinggung di atas, fakta anugerah itu efektif tidak menafikan tanggung jawab manusia untuk percaya. Berbagai ayat menegaskan pentingnya untuk percaya (Yoh.3:16, 18, 36; 5:24). Yohanes 3:18, 36 secara khusus menegaskan bahwa manusia binasa karena dia menolak untuk percaya pada Injil, bukan karena ia tidak menerima anugerah Allah. (Sumber: Paul Enns, The Moody Handbook of Theology) * (BSB)