Apakah Iman Itu?
Iman adalah sesuatu yang sangat penting di dalam kehidupan orang beragama, apapun istilah yang dipakai untuk ‘iman’ itu. Iman jelas sangat penting dalam kekristenan, apalagi di kalangan gereja-gereja reformasi yang memiliki slogan Gerakan Reformasi: Sola Fide (hanya oleh iman). Sekalipun demikian, iman memiliki banyak aspek sehingga kadangkala kita mengalami kesulitan memahami maknanya.
Penjelasan iman yang paling gamblang di Alkitab ada di Ibrani 11:1: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.“ Apakah yang dimaksudkan dengan pengharapan di sini? Pengharapan memiliki arti yang tidak sama dalam pemakaian kita sehari-hari dengan makna yang ada di Alkitab. Biasanya kita menggunakan kata pengharapan dalam pengertian bahwa ada sesuatu yang belum terjadi, tetapi kita inginkan terjadi di masa depan, namun kita tidak bisa tahu dengan pasti apakah itu akan terjadi. Misalnya, kita berharap pandemi virus akan berakhir dalam waktu enam bulan, berdasarkan analisis kasus yang muncul, ketersediaan vaksin dan sebagainya. Namun apakah benar pandemi itu akan berakhir dalam periode waktu itu, tidak bisa kita pastikan. Demikian pula seorang dokter bisa memberi pengharapan pada pasien dengan mengatakan bahwa pengobatannya akan membuat pasien sembuh, tetapi sekali lagi tidak ada yang bisa memastikannya seratus persen. Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab. Pengharapan akan sesuatu di dalam Alkitab bukan sesuatu yang belum pasti, tetapi seratus persen pasti. Misalnya, pengharapan akan kedatangan Mesias dalam Perjanjian Lama atau pengharapan akan hidup kekal bagi manusia yang percaya kepada karya penebusan Kristus. Ketika kita menaruh pengharapan demikian, meskipun kita belum melihat dengan mata kepala sendiri, maka kita telah beriman.
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang iman sekalipun tentu saja tidak bisa diuraikan secara komprehensif.
Pertama, iman memberikan pengharapan yang pasti, sebab landasan iman adalah Allah yang sempurna dan kekal. Sedangkan manusia dan ciptaan lainnya sama sekali tidak sempurna dan tidak kekal. Allah dapat dipercaya dan setia sehingga apa yang dikatakan dan dijanjikan-Nya tidak akan berubah selama-lamanya. Kita tidak menaruh iman dan pengharapan kita pada manusia atau ciptaan lain apapun, termasuk alam raya dengan segala proses fisika, kimia dan biologi atau makhluk hidup lainnya. Pemahaman kita akan mereka pun terus berubah sehingga sia-sialah menaruh iman kepercayaan kepada kemajuan ilmu pengetahuan, hikmat manusia dan sebagainya.
Kedua, kita beriman kepada Allah dan janji-Nya sebagaimana tertulis dalam Alkitab. Masa ketika manusia bercakap-cakap langsung dengan Allah--seperti yang dialami oleh Abraham, Daud dan sebagainya--telah usai setelah ditutupnya kanon Alkitab. Saat ini, Allah berbicara kepada kita melalui Alkitab yang adalah Firman-Nya. Oleh karena itu, kita harus memelajari betul-betul apa yang Allah nyatakan di dalam Firman-Nya dengan serius dan bertanggung jawab, sehingga kita tidak beriman kepada sesuatu yang tidak dinyatakan Allah dengan benar. Misalnya, kita tidak serta merta menaruh iman kita pada pernyataan Tuhan Yesus seperti di Matius 7:7: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.“ dan apa saja yang kita minta dengan iman akan dikabulkan. Kita tidak bisa mengatakan berdasarkan ayat itu: “Mintalah pada Tuhan dan berimanlah bahwa engkau akan sembuh, maka kekuatan imanmu akan menentukan seberapa besar kesembuhanmu.” Ayat itu harus dipahami dalam konteks Alkitab yang lebih luas. Kita juga tidak boleh menaruh iman pada sesuatu yang tidak secara jelas dinyatakan oleh Tuhan di dalam Alkitab. Kita tidak diminta menaruh iman untuk kesembuhan kita karena Allah tidak pernah menjamin kepastian kesembuhan itu, tetapi kita diminta menaruh iman pada Allah yang mampu menyembuhkan apapun sesuai kedaulatan dan rencana-Nya sendiri.
Ketiga, iman Kristen bukanlah iman yang buta yang melompat dalam kegelapan. Iman memiliki dasar pada penyataan dan karya Allah dalam sejarah yang kita ketahui melalui Firman Tuhan. Iman yang buta tidak memiliki dasar apapun. Iman yang buta seperti itu tidak berharga sebab tidak ada bedanya dengan tidak beriman sama sekali. Ketika Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak, itu bukanlah lompatan iman dalam kegelapan, sebab Abraham percaya pada Allah yang mampu membangkitkan orang mati (Ibr. 11:17-19).
Keempat, iman yang dimiliki orang Kristen tidak bertentangan dengan rasio. Sebaliknya, iman membawa rasio untuk tunduk pada kedaulatan dan penyataan Allah. Alkitab berulangkali memperlihatkan bagaimana pengamatan dan perenungan akan alam semesta dan ciptaan (yang tentunya menggunakan rasio) dapat membawa seseorang untuk memuji dan menyembah Allah Pencipta dan menaruh iman kepercayaan kepada-Nya. Bagi kekristenan, semua kebenaran adalah kebenaran Allah. Ketika rasio dikerahkan untuk memahami kebenaran Allah di seluruh alam ciptaan dan ketika kebenaran itu diperoleh dengan sungguh-sungguh, maka kebenaran itu tidak akan bertentangan dengan iman kepada Allah.
Kelima, dalam konteks keselamatan, iman adalah alat yang dipakai Tuhan untuk menyelamatkan. Iman dalam hal ini dikontraskan dengan perbuatan. Manusia tidak dapat diselamatkan melalui perbuatan apapun yang dilakukannya. Allah di dalam dan melalui Yesus telah melakukan semua yang diperlukan agar manusia bisa diselamatkan. Yang diperlukan hanyalah manusia beriman akan karya penebusan Kristus baginya dan dia akan diselamatkan.
Keenam, iman adalah pemberian Allah. Secara khusus dalam konteks keselamatan, Pengakuan Iman Westminster, salah satu pengakuan iman gereja reformasi, di pasal 14.1 mengatakan bahwa “The gift of faith makes it possible for the souls of the elect to be saved by believing in Jesus Christ. This gift is the work of the Spirit of Christ in the hearts of the elect... (pemberian iman memungkinkan jiwa mereka yang dipilih diselamatkan dengan percaya pada Yesus Kristus. Pemberian ini adalah karya Roh Kristus dalam hati mereka yang dipilih...).” Jadi, iman bukan sesuatu yang muncul dari diri kita belaka, tetapi berasal dari Tuhan.
Iman adalah pemberian Allah, bukan hanya agar melaluinya kita diselamatkan oleh darah Kristus, tetapi oleh iman itu kita berjalan di dalam keselamatan, dipimpin oleh Kristus, dengan mata yang tertuju kepada Dia yang memberikan pengharapan sejati dan pasti (Ibr. 12:1-2). Tentu masih ada aspek-aspek tentang iman yang tidak dapat diuraikan dalam ruang tulis yang terbatas ini, tetapi beberapa poin di atas kiranya dapat membantu kita memahami iman dan berjalan dalam iman setiap hari (2Kor. 5:7).(TDK).