Bendahara Tak Jujur
Banyak orang mengira bahwa Alkitab adalah buku rohani yang fokusnya hanya kepada kehidupan spiritual manusia, sehingga kita mengira seluruh isi Alkitab hanya berisikan petunjuk hidup spiritual agar seseorang makin dekat dan mengenal Allah. Asumsi ini mengakibatkan kita gagal menyadari bahwa dalam Alkitab ternyata ada banyak hal lain yang dibahas selain hal spiritual, antara lain adalah uang. Jika kita melakukan survei menyeluruh terhadap Alkitab ternyata kurang lebih ada 2000 ayat berkenaan dengan uang, beberapa diantaranya disampaikan oleh Tuhan Yesus sendiri. 11 dari 39 perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus adalah berkenaan dengan uang, hampir sepertiga dari seluruh perumpamaan yang disampaikan Tuhan. Fakta yang lebih menarik lagi, ternyata dalam Alkitab uang muncul lebih banyak dibandingkan kasih, surga, dan neraka; kata-kata yang justru kita pikir menjadi fokus utama dari Alkitab.
Dari fakta-fakta menarik ini mungkin kita mulai berpikir, “Loh, kok bisa ada sebanyak ini pembahasan soal uang dalam Alkitab? Mengapa demikian?” Pertama, kita perlu menyadari Alkitab bukanlah buku yang hanya berfokus pada aspek spiritual manusia, lebih tepatnya Alkitab sebagai firman Tuhan melihat manusia secara holistik, bukan hanya aspek spiritualnya saja melainkan seluruh aspek hidup manusia secara utuh dan menyeluruh. Dari aspek relasional, sosial, komunal, termasuk finansial menjadi hal yang disoroti oleh Alkitab. Karena itu jika kita meneliti Alkitab secara mendalam kita menemukan bahwa tidak pernah ada pemisahan antara spiritual dan material, bagaimana kita hidup, berinteraksi dengan sesama, memakai dan menghasilkan harta kita, semua saling terkait dengan iman dan spiritualitas kita.
Kedua, kita perlu menyadari cara kita memakai dan menghasilkan uang sangat mencerminkan siapa kita yang sesungguhnya, dan apa yang menjadi prioritas dalam hidup kita. Alkitab menekankan kasih, kemurahan hati, dan kebajikan terhadap sesama manusia menjadi prioritas hidup setiap orang percaya. Ini yang disebut sebagai Jalan Tuhan, yakni cara hidup yang berbeda dari dunia. Setiap hal ini perlu tercermin dengan jelas dan intensional dalam seluruh aspek hidup kita, bukan hanya saat pelayanan di gereja, memperlakukan keluarga, tetapi juga saat bekerja. Kita perlu melakukan refleksi apakah kasih, kemurahan, dan kebajikan, menjadi prioritas utama dalam kita berbisnis atau yang pertama dan terutama ialah keuntungan tanpa memperdulikan keadaan mereka yang bekerja kepada kita, dan dampak usaha kita kepada lingkungan sekitar. Value apa yang kita beri melalui usaha kita, apakah melalui usaha ini kita membawa kesejahteraan dan kebaikan kepada orang-orang yang terdampak usaha kita, baik konsumen, karyawan, dan masyarakat sekitar tempat usaha kita.
Sebagai orang Kristen, berusaha dan mencari keuntungan adalah hal yang perlu dilakukan. Bahkan, bercermin dari kisah bendahara tidak jujur, mencari peluang usaha di tengah kesulitan dan permasalahan yang ada di dunia juga merupakan hal yang boleh dilakukan sebagai wujud kecerdikan kita. Namun satu hal perlu kita ingat kita dipanggil untuk menjadi berkat, bukan hanya dalam lingkungan keluarga dan gereja, namun juga di dunia, keberadaan kita termasuk usaha kita dapat membawa kasih dan kebaikan bagi banyak orang. Kita bisa mendedikasikan usaha kita untuk memecahkan permasalahan dunia di saat yang sama juga mendapat rezeki dan keuntungan darinya.** DK