Berita yang Tak Dapat Ditahan: Salib dan Keselamatan Yesus Kristus
Galatia 1:3-5, “Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.”
Rasul Paulus menulis kata-kata di atas untuk menjadi salam pembukaan dalam Surat Galatia untuk memberikan pernyataan teologis tentang salib, yang mengindikasikan apa yang menjadi perhatian utamanya dalam surat itu. Rasul Paulus berbicara tentang salib Yesus Kristus dan keselamatan di dalam dan melalui Yesus Kristus. John R. W. Stott, di dalam bukunya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Momentum dengan judul “Salib Kristus”, menjelaskan ayat-ayat di atas dengan gamblang.
Pertama, kematian Yesus Kristus bersifat sukarela sekaligus ditentukan. Di satu sisi, Yesus “menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita,” dengan bebas dan sukarela. Di sisi lain, pemberian diri-Nya adalah “menurut kehendak Allah dan Bapa kita.” Allah Bapa merencanakan dan menghendaki kematian anak-Nya dan menubuatkannya di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Namun Yesus menerima rencana ini atas kemauan-Nya sendiri. Yesus mengarahkan kehendak-Nya untuk melakukan kehendak Bapa-Nya.
Kedua, kematian Yesus Kristus adalah bagi dosa-dosa kita. Dosa dan kematian berhubungan secara integral di sepanjang kitab suci sebagai sebab dan akibat. Biasanya orang yang berdosa dan orang yang mati adalah orang yang sama. Di sini, sekalipun dosa-dosanya adalah dosa-dosa kita, kematiannya adalah kematian Yesus: “Ia” mati bagi dosa-dosa “kita,” dengan menanggung penaltinya untuk menggantikan kita.
Ketiga, tujuan dari kematian Yesus Kristus adalah untuk menyelamatkan kita. Salib adalah sebuah operasi penyelamatan, yang ditempuh untuk orang-orang yang tidak berdaya sehingga mereka tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Yesus mati untuk menyelamatkan kita dari “dunia jahat yang sekarang ini.” Yesus mati untuk menyelamatkan kita dari zaman yang lama dan menjamin perpindahan kita ke dalam zaman yang baru, supaya kita sekarang ini sudah bisa menjalani kehidupan dari zaman yang akan datang.
Keempat, hasil dari kematian Yesus Kristus pada masa kini adalah kasih karunia (anugerah) dan damai sejahtera. “Anugerah” adalah perkenan-Nya yang cuma-cuma bagi yang tidak layak, dan “damai sejahtera” adalah rekonsiliasi dengan-Nya dan dengan sesama yang telah dicapai oleh anugerah. Kehidupan dari masa yang akan datang adalah kehidupan anugerah dan damai sejahtera. Kita dipanggil untuk menikmati anugerah dan damai sejahtera tersebut.
Kelima, hasil yang kekal dari kematian Yesus Kristus adalah bahwa Allah akan dimuliakan untuk selamanya. “Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya.” Anugerah berasal dari Allah, kemuliaan adalah hak Allah.
Jadi, secara ringkas kita bisa menuliskan seperti berikut, “Meskipun pengorbanan Yesus telah ditentukan oleh kehendak Bapa, Yesus memberikan diri-Nya secara sukarela untuk kita. Natur dari kematian-Nya adalah penalti untuk dosa-dosa kita, dan tujuannya adalah untuk menyelamatkan kita dari zaman yang lama dan memindahkan kita kepada zaman yang baru, yang didalamnya kita menerima anugerah dan damai sejahtera sekarang, dan Allah menerima kemuliaan selamanya.” Inilah Injil yang sejati, dan inilah yang menjadi isi pemberitaan kita. Berita penting dan mendesak, yang kita tidak bisa tahan, harus kita sampaikan kepada orang lain. Pemberitaan Injil adalah memproklamasikan kabar baik tentang Yesus Kristus yang disalibkan. Dengan berbagai macam cara kita harus beritakan, karena hanya di dalam dan melalui Yesus Kristus keselamatan dianugerahkan. (AR2)