Catatan singkat tentang doktrin predestinasi
Dalam memelajari doktrin predestinasi ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, pemilihan dilakukan oleh Allah Tritunggal di dalam kekekalan. Allah memilih sebelum dunia dijadikan (Ef.1:4).Di dalam kekekalan “sesuai dengan maksud-Nya yang kekal dan sesuai dengan rencana kehendak-Nya, dengan demikian untuk kemuliaan-Nya, Allah telah menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi” (Katekismus Kecil Westminster, pert.7). Pemilihan adalah karya bersama Tritunggal – Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Ini sesuai dengan diktum: segala karya Allah Tritunggal di luar diri-Nya adalah karya bersama yang tak terpisahkan (opera Dei ad extra sunt indivisa). Penetapan, penciptaan, pemeliharan, penebusan, dan pemulihan ciptaan adalah karya Allah Tritunggal yang tak terpisahkan.
Kedua, pemilihan berdasarkan “kerelaan kehendak-Nya” (Ef.1:5). Dalam hal ini kita menolak teologi Arminian yang mengajarkan bahwaAllah memilih berdasarkan pra-pengetahuan akan iman manusia di masa depan. Menurut ajaran ini, karenaAllah tahu seseorangdi masa depan akan beriman kepada-Nya, maka di dalam kekekalan Allah memilihnya. Ajaran ini membuat dekrit Allah menjadi relatif dan tergantung pada pilihan manusia. Sebaliknya menurut teologi Reformed, dekrit Allah bersifat mutlak. Ketetapan Allah tidak tergantung pada manusia. Karya Allah mendahului tindakan manusia.Yesus berkata: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh.15:16). Dengan demikian keselamatan hanya berdasarkan anugrah Allah semata (Ef.2:8-9).
Ketiga, pemilihan terjadi oleh Kristus, kepada Kristus, dan di dalam Kristus.Yesus Kristus adalah sekaligus subjek, objek, dan mediumpemilihan. Sebagai subjek, Kristus bersama dengan Bapa dan Roh Kudus, melakukan pemilihan (Yoh.15:16). Sebagai objek, Kristus dipilih menjadi satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia (1Ti. 2:5). Ia telah ditetapkan Allah untuk mati disalib demi menyediakan penebusan bagi manusia berdosa (Kis.2:23). Sebagai medium, pemilihan keselamatan terjadi di dalam Kristus (Ef.1:4-11).Di luar Kristus tidak ada nama yang olehnya manusia dapat diselamatkan (Kis.4:12). Dengan demikian keselamatan direncanakan oleh Kristus (bersama Bapa dan Roh Kudus), dilakukan oleh Kristus, dan terjadi di dalam Kristus.
Keempat, pemilihan di dalam kekekalan tidak dapat dipisahkan dari eksekusinya di dalam waktu. Pemilihan tidak dapat dipisahkan dari karya Kristus di bumi, serta aplikasinya oleh Roh Kudus dalam hidup orang percaya. Predestinasi, inkarnasi Kristus, dan regenerasi oleh Roh Kudus terkait satu dengan yang lain.Allah telah memilih, namun Kristus tetap harus datang menjadi manusia, lahir, mati dan bangkit. Roh Kudus harus dicurahkan pada Hari Pentakosta, dan Injil harus diberitakan ke seluruh bangsa. “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:30). Dengan demikian, predestinasi tidak bertentangan dengan Amanat Agung. Sebaliknya Amanat Agung hanya dapat dijalankan dengan penuh keyakinan karena Allah telah memilih umat-Nya dari semula (Kisah 18:10).Allah telah memilih, Kristus harus mati dan bangkit, dan Roh Kudus harus bekerja dalam hati manusia, maka Injil harus diberitakan. Manusia berdosa harus dipanggil untuk meresponi Injil, percaya dan diselamatkan di dalam Yesus Kristus.
Kelima, pemilihan tidak menghilangkan kebebasan dan tanggung jawab manusia. Menurut teologi Reformed, pemilihan Allah yang mutlak dan kehendak bebas manusia tidak saling bertentangan. Ini adalah paradoks yang sulit dipahami. Disatu pihak segala yang ditetapkan Allah akan terjadi, tetapi dilain pihak manusia tetap bebas berkehendak dan harus bertanggung jawab atas segala perbuatan jahat yang mereka lakukan. Dalam Matius 26:24, Yesus berkata: “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia.” Kematian Yesus telah ditetapkan dalam dekrit Allah yang kekal. Akan tetapi sekalipun demikian, mereka yang berbuat jahat kepada Kristus, tetap harus bertanggung jawab akan perbuatan jahat mereka. Maka Yesus melanjutkan kalimat-Nya: “tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia diserahkan.” Dengan demikian, sekalipun Allah telah memilih, manusia tetap bertanggung jawab untuk setiap pilihan mereka. Mereka yang menolak Injil, menolak Injil di dalam kebebasan mereka, dan dengan demikian menimpakan hukuman Allah atas diri mereka sendiri (Yoh.3:18). Mereka yang menerima Injil, dimampukan oleh Roh Kudus untuk meresponi Injil dengan sukarela, dan dengan demikian menerima keselamatan hanya karena anugrah-Nya. (PD)