Damai Sejahtera dan Pengutusan Kita
“Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”.
(Yohanes 14:27).
Ada sebuah teori yang banyak dianut oleh negara-negara di dunia, yaitu jika mau damai harus siap perang. Perdamaian hanya dapat diwujudkan dengan mempersiapkan peperangan. Artinya, jika masing-masing memperkuat diri dengan senjata, maka musuh pun tidak akan berani menyerang. Karena saling tidak berani menyerang, maka tidak ada perang dan itu namanya “damai”. Pada umumnya manusia mendefinisikan damai sejahtera itu sebagai perasaan damai, tenang dan absennya masalah dalam kehidupan serta ketiadaan perang.
Namun bagaimana dengan damai sejahtera yang Yesus Kristus ajarkan? Ada banyak orang yang berpikir bahwa Yesus Kristus datang untuk memberikan semacam kedamaian politik atau kedamaian antar bangsa di dunia ini. Orang-orang Yahudi juga beranggapan demikian. Mereka mengharapkan datangnya Mesias untuk melepaskan mereka dari penjajahan Romawi (Lukas 24:21). Bukankah salah satu keinginan terbesar dari umat manusia adalah hidup damai, terpisah dari perang dan kesusahan? Akan tetapi perang adalah akibat dari natur dosa manusia dan perang tidak akan pernah hilang dari dunia berdosa ini.
Jika demikian apakah Tuhan Yesus sedang mengumbar janji-janji kosong di ayat emas di atas? Jawabannya, “Tidak.” Lantas damai sejahtera apakah yang Yesus janjikan dan tawarkan kepada para murid-Nya? Apakah damai secara politik? Atau apakah karena dunia mengasihi, menghormati dan berbuat baik kepada mereka? ”Tidak!” Karena setelah Yesus mengucapkan janji-Nya, Dia justru melanjutkan dengan perkataan bahwa murid-murid-Nya akan dibenci, dianiaya dan dibunuh oleh orang-orang yang membenci Kristus (Yoh. 15:18). Untuk memahami ayat emas di atas, maka kita perlu memahami dulu kata ”damai” dalam bahasa asli memiliki arti yang bersifat rohani, yaitu: selamat, damai sejahtera, tenteram, persahabatan. Jadi, damai sejahtera yang Tuhan Yesus janjikan dan tawarkan kepada kita adalah pertama, damai sejahtera yang tidak sama dengan yang diberikan oleh dunia ini (27a). Kedamaian yang dari dunia ini adalah kedamaian pelarian, menghindari masalah atau menangkal adanya masalah. Ini adalah kedamaian yang semu yang dicari melalui kesenangan dan kepuasan yang berasal dari harta, kedudukan, kesehatan dan kenyamanan hidup yang ditawaran dunia. Itu semua sifatnya sementara, gampang hilang dan ditelan oleh masalah dan kesulitan hidup.
Kedua, damai sejahtera yang berasal dari Allah (ayat 27b). Damai sejahtera di dalam hati yang disebabkan oleh pemulihan hubungan kita dengan Allah. Ini adalah damai sejahtera karena dosa kita sudah diampuni Allah dan dianugerahkan keselamatan/ hidup kekal melalui karya pengorbanan Kristus di kayu salib. “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rm. 5:1). Manusia perlu berdamai dengan Allah bukan karena Allah sedang berperang dengan manusia, melainkan karena dosa membuat manusia berada dalam posisi sebagai musuh Allah (Rm. 3:23; 6:23). Paulus berkata dalam Roma 5:10, “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya.” Karena itu, damai sejahtera yang ditawarkan Yesus bukan damai yang bisa dengan mudah direnggut dari kita saat kita menghadapi berbagai masalah, penderitaan dan kesulitan hidup. Bukan pula damai sejahtera yang bersifat sementara di bumi, tetapi damai sejahtera yang bersifat kekal di surga. Oleh karena damai sejati dari Allah inilah, maka Paulus sekalipun harus menderita karena Kristus, namun ia tetap dapat bersukacita, tidak mudah kecewa, tidak berputus asa dan tidak meninggalkan imannya (2Kor. 4:8-9; 6:4-10; Flp. 1:21). Sebaliknya dia tetap setia melayani dan menjadi saksi Tuhan yang sangat efektif di tengah penderitaan yang dialaminya. Ketika kita percaya kepada Kristus, maka damai sejahtera Allah memenuhi hati kita, ketakutan terhadap kematian dan hukuman kekal di masa depan menjadi sirna (Ibr. 2:14-15). Sebab damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita (Flp. 4:7). Tuhan damai sejahtera kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus menerus, dalam segala hal kepada kita semua.
Sudahkah Anda memiliki damai sejahtera Yesus Kristus? Jika belum, ada kabar baik buat Anda sekarang. Jangan mau terus hidup dalam tekanan dosa, dakwaan iblis dan diperhamba oleh hawa nafsu dosa. Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Segeralah percaya kepada Tuhan Yesus yang memanggil Anda sekarang. ”Mari kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan (resting) kepadamu” (Mat. 11:28; Why. 3:20). Jika Anda sudah memiliki damai sejahtera Kristus, bersyukurlah kepada Tuhan. Nyatakanlah komitmen Anda untuk tetap setia melayani dan hidup memuliakan Tuhan, bukan diri sendiri. Dengan damai sejahtera sejati itulah Tuhan Yesus mengutus kita untuk pergi membagikan kabar baik (Injil) kepada orang lain disekitar Anda (Yoh. 20:19-23). Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Soli Deo Gloria! [SL]