Dosa Akhan dan Konsekuensinya
Kisah tentang Akhan (Yosua 7) adalah salah satu kisah Alkitab yang menimbulkan pertanyaan dalam benak pembacanya. Akhan adalah seorang Israel yang turut serta dalam peristiwa perebutan kota Yerikho. Akhan dihukum dengan dilempari batu karena dia mencuri jubah yang indah buatan Sinear, dua ratus syikal perak, dan sebatang emas yang lima puluh syikal beratnya dan menyembunyikannya di dalam kemahnya dalam tanah (ay. 21). Efek dari dosa Akhan langsung dirasakan oleh bangsa Israel ketika mereka mencoba merebut kota Ai. Meski mata-mata melaporkan bahwa kota Ai akan mudah untuk ditaklukkan, namun pada akhirnya sekitar 36 orang prajurit Israel tewas dan mereka mengalami kekalahan (ay. 5). Kemudian Yosua dan segenap bangsa Israel mengumpulkan Akhan, segenap anaknya laki-laki dan perempuan, serta seluruh hak miliknya, untuk melontari mereka dengan batu dan membakar semuanya (ay. 24-25). Bagi kebanyakan pembaca, hukuman yang dijatuhkan pada Akhan ini terlihat begitu kejam. Mengapa seluruh Israel dan anak-anak Akhan harus menanggung akibat dosa Akhan seorang?
Ada beberapa alasan. Pertama, dosa Akhan berdampak pada seluruh Israel. Yosua 7:1 berkata, “Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel.” Di mata Allah, bangsa Israel adalah sebuah komunitas, bukan hanya sekumpulan individual, dimana Allah membangun perjanjian dengannya. Jadi, ketika salah satu anggota melanggar perjanjian, seluruh bangsa menanggung akibatnya. Dosa Akhan mencemari seluruh bangsa Israel sebagai sebuah komunitas. Dalam Yosua 6:18-19 Allah telah jelas-jelas menyatakan bahwa barang-barang di kota Yerikho telah dikhususkan untuk dimusnahkan, dan memperingatkan bahwa barangsiapa mengambil barang jarahan akan “membawa kemusnahan atas perkemahan orang Israel dan mencelakakannya”.
Perspektif komunal yang sama seperti ini juga bisa ditemukan di dalam bagian Alkitab lainnya. Contohnya, kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa berdampak pada seluruh umat manusia. Rasul Paulus menjelaskan dalam Roma 5:17-19 “Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, …. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman… sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, …”. Dengan tanpa mengesampingkan tanggung jawab individu dalam dosa, kita tetap bisa melihat bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh individu dalam sebuah komunitas bisa mempengaruhi seluruh komunitas tersebut.
Bagian Alkitab ini berbicara tentang kesatuan mistikal. Konsep “umat Tuhan” mengandung pengertian kolektif. Pengertian ini menjelaskan mengapa Allah menghukum Israel atas dosa Akhan dan mengapa seluruh bangsa Israel juga berpartisipasi dalam mencari tahu penyebab kekalahan mereka serta dalam menjalankan hukuman atas Akhan. Hal ini pun menjelaskan mengapa Akhan harus dihukum. Bangsa Israel perlu membersihkan diri dari kontaminasi dosa Akhan. Kisah ini menunjukkan adanya kesatuan mistikal yang mengikat individu seperti Akhan dengan komunitas yang lebih besar yaitu Israel. Dalam Perjanjian Baru, kesatuan mistikal ini juga mengikat gereja sebagai satu tubuh Kristus (1 Korintus 12:12-27). Kisah Akhan mengingatkan kita akan kesatuan mistikal dan menegaskan komitmen kita pada konsep umat Allah sebagai komunal atau kolektif.
Lalu bagaimana dengan anak-anak Akhan? Mari kita melihat bagian Alkitab yang dimaksud:
“Kemudian Yosua, beserta seluruh Israel mengambil Akhan bin Zerah, dan perak, jubah dan emas sebatang itu, anak-anaknya yang laki-laki dan perempuan, lembunya, keledainya dan kambing dombanya, kemahnya dan segala kepunyaannya, lalu semuanya itu dibawa ke lembah Akhor. Berkatalah Yosua: "Seperti engkau mencelakakan kami, maka TUHAN pun mencelakakan engkau pada hari ini." Lalu seluruh Israel melontari dia dengan batu, semuanya itu dibakar dengan api dan dilempari dengan batu.” (Yosua 7:24-25)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Pertama, kita tidak perlu mengasumsikan bahwa anak-anak Akhan masih kecil. Besar kemungkinan mereka sudah memasuki usia yang mana mereka bisa diminta pertanggungjawaban. Kedua, sebagai anggota keluarga Akhan, besar kemungkinan anak-anak Akhan mengetahui tentang dosa Akhan dan tentang barang-barang curian yang disembunyikan di tenda mereka, bahkan ada kemungkinan juga mereka terlibat dalam proses pencurian tersebut. Ketiga, adanya hukum Israel yang berbunyi “Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.” (Ulangan 24:16, 2 Raja-Raja 14:6, 2 Tawarikh 25:4). Jika bangsa Israel menghukum anak-anak Akhan karena dosa Akhan, maka mereka melanggar hukum tersebut. Melihat beberapa hal ini, interpretasi yang paling memungkinkan adalah anak-anak Akhan setidaknya mengetahui dosa yang dilakukan oleh ayah mereka atau bahkan terlibat di dalamnya, oleh karena itu mereka turut dihukum.
Melalui peristiwa yang terjadi pada Akhan ini, kita melihat bahwa dosa kita akan memengaruhi keluarga kita bahkan lingkaran komunitas kita. Bisa jadi dosa yang kita lakukan mendorong orang lain juga melakukan dosa yang sama. Mungkin pula dosa yang kita perbuat membawa efek negatif bagi orang-orang di sekitar kita. Kita bisa belajar bahwa dosa pribadi kita akan berdampak luas dan oleh karena itu kita harus lebih lagi berhati-hati dan menjauhi dosa. Kesadaran komunal atau kolektif seperti ini juga seharusnya mendorong kita saling mengingatkan untuk semakin hari hidup semakin kudus. Kita didorong untuk bisa membentuk komunitas di mana kita bisa terbuka dan bersedia diingatkan dan dikuatkan oleh saudara seiman kita ketika kita lemah dalam godaan tertentu dan saat jatuh dalam dosa. Komunitas yang komitmen untuk hidup kudus tentunya akan memuliakan Tuhan, menjadi berkat bagi masyarakat, dan tentunya berpotensi untuk menarik orang-orang di luar sana kepada Kristus.*** (YS)