Keselamatan Jalan Yang Eksklusif
Alkitab memproklamirkan jalan keselamatan yang eksklusif di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus berkata: “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup,” dan “tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh.14:6). Para rasul juga memproklamirkan berita yang sama: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kis. 4:12). Dengan proklamasi ini, Alkitab menyatakan bahwa keselamatan adalah eksklusif – jalan ke surga hanya melalui iman kepada Yesus Kristus.
Bertolak belakang dengan pengajaran Alkitab, agama dan filosofi dunia ini menawarkan berbagai jalan alternatif keselamatan, seperti universalisme, pluralisme dan inklusivisme. Kita akan membahas secara singkat paham-paham ini dan bagaimana mereka bertentangan dengan pengajaran Alkitab. Tujuannya adalah agar orang-orang percaya tidak terjebak ke dalam paham-paham dunia ini dan tetap setia kepada pengajaran Alkitatab.
Tidak Semua Diselamatkan: Alkitab Menolak Universalisme
Pertama, kita akan melihat paham universalisme. Universalisme mengajarkan bahwa jalan ke surga adalah lebar, dan sedemikian lebar hingga semua manusia berdosa pada akhirnya akan diselamatkan. Pada tingkat ekstrem paham ini bahkan mengajarkan bahwa Setan dan pengikut-pengikutnya pun akan diselamatkan.
Ada berbagai bentuk ajaran universalisme. Ada universalisme yang menekankan lebarnya dan dalamnya anugrah dan kasih Allah. Mereka berkata bahwa Allah yang maha kasih tidak mungkin menghukum manusia selama-lamanya, tetapi Ia akan menyelamatkan semua manusia berdosa di dalam Yesus Kristus. Ada juga yang menekankan kehendak bebas manusia. Menurut mereka, pada akhirnya semua manusia akan memilih untuk bertobat dan kembali kepada Allah. Jika mereka tidak bertobat di dunia sekarang, mereka akan bertobat di dunia yang akan datang. Dengan demikian pada akhirnya semua orang akan diselamatkan. Ada juga yang sifatnya ontologis, yakni pada akhirnya semua ciptaan, termasuk semua manusia berdosa dan bahkan Setan serta pengikut-pengikutnya, akan kembali kepada Allah. Ajaran ini disebut apocatastasis. Menurut ajaran ini, segala makhluk pada akhirnya akan disucikan, dipulihkan, dan diterima kembali oleh Allah.
Universalisme kedengarannya sangat menarik, namun ajaran ini tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab. Yesus jelas mengajarkan bahwa jalan ke surga adalah sempit, pintunya sesak, dan hanya sedikit yang mendapatkannya (Mat. 7:14). Ada surga dan ada neraka. Neraka tidak akan menjadi kosong, tetapi Iblis dan semua pengikutnya akan dilemparkan ke dalamnya untuk selama-lamanya (Why. 20:10, 15). Alkitab mengajarkan bukan saja ada kasih dan anugrah Allah, tetapi juga keadilan-Nya. Kasih Allah tidak dapat dipisahkan dari keadilan-Nya. Anugrah dan kasih-Nya tersedia bagi semua manusia berdosa, tetapi hanya mereka yang percaya akan diselamatkan (Yoh. 3:16). Mereka yang menolak tawaran kasih Allah akan menghadapi keadilan-Nya dan menerima hukuman atas dosa-dosa mereka (Yoh. 3:18). Kesempatan bertobat hanya ada saat hidup di dunia ini. Sesudah kematian tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat (cf. Luk. 16:19-31).
Tidak Semua Agama Menyelamatkan: Alkitab Menolak Pluralisme
Selanjutnya adalah paham pluralisme. Pluralisme mengajarkan bahwa ada banyak jalan menuju ke surga. Di dunia ini, dari zaman purba sampai modern, terdapat banyak agama dan kepercayaan. Pluralitas agama dan kepercayaan adalah suatu fakta yang tidak dapat disangkal. Namun, pluralisme tidak sekedar mengakui adanya keragaman agama dan kepercayaan di dunia ini, tetapi ia juga menerima keragaman jalan ke sorga.
Pluralisme jelas bertolak belakang dengan ajaran Alkitab. Mereka yang ingin berpegang pada pluralisme mau tak mau harus menolak klaim Alkitab bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan kepada Bapa, dengan mengatakan bahwa itu kebenaran yang sifatnya relatif. Mereka berkata tidak ada kebenaran absolut. Semua kebenaran adalah relatif. Yesus Kristus adalah bagi orang Kristen, Muhammad bagi orang Islam, dan Sidharta Gautama bagi orang Buddha.
Cerita orang-orang buta dan gajah dipakai untuk mendukung argumen mereka. Ada seorang raja, ingin tahu apa yang dikatakan orang-orang buta tentang seekor gajah. Orang pertama meraba perutnya dan berpikir gajah seperti dinding. Yang ke-2 meraba belalainya berpikir gajah seperti seekor ular. Yang lain meraba gadingnya dan berpikir gajah tajam seperti tombak. Yang dapat kakinya berpikir gajah seperti pohon. Yang menyentuh telinganya berpikir gajah seperti kipas. Ada juga yang berpikir gajah seperti seutas tali, karena ia menyentuh ekornya. Dengan cerita ini mereka berargumen bahwa kebenaran sifatnya partial dan relatif.
Namun, argumen ini tidak kuat. Pertama, kebenaran bukan pendapat manusia yang buta, tetapi realita sebenarnya yang diketahui oleh mereka yang celik matanya. Yang tahu dengan jelas gajah seperti apa, bukan orang-orang buta itu, tetapi raja dan pengawal-pengawalnya yang melihat dengan jelas. Kebenaran datang bukan dari manusia yang buta rohaninya, tetapi dari Allah yang mengetahui dengan sempurna dan mewahyukannya bagi kita. Kedua, kebenaran sifatnya mutlak dan universal. Kebenaran tidak relatif dan tidak tergantung pada pendapat manusia. Bahwa 2+2=4 berlaku di manapun dan bagi semua manusia apapun suku, ras, budaya, dan agama mereka. Seseorang dapat menolak kebenaran, tetapi ia tidak dapat mengatakan kebenaran itu relatif. Seseorang dapat menolak bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan ke Bapa, tetapi ia tidak dapat menepisnya dan mengatakan bahwa itu relatif saja.
Tidak Semua Cara Menyelamatkan: Alkitab Menolak Inklusivisme
Poin terakhir adalah inklusivisme. Inklusivisme mengajarkan jalan kompromi antara eksklusivisme Alkitab dan pluralisme. Eksklusivisme Alkitab mengajarkan keselamatan hanya di dalam Yesus Kristus dan mereka yang ingin diselamatkan harus beriman di dalam Yesus Kristus. Pluralisme, sebaliknya, mengajarkan keselamatan tersedia dalam banyak agama dan kepercayaan.
Pendukung inklusivisme mengatakan bahwa eksklusivisme terlalu kaku dan sempit. Menurut mereka Allah ingin semua manusia diselamatkan (1Tim. 2:4), maka tidak mungkin jalannya hanya tersedia di dalam iman Kristen. Namun, pluralisme terlalu longgar dan terlalu lebar, karena Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa keselamatan harus melalui Yesus Kristus (1Tim. 2:5-6). Maka inklusivisme mencoba jalan kompromi antara eksklusivisme dan pluralisme. Menurut inklusivisme, keselamatan harus di dalam Yesus Kristus, tetapi jalannya tidak harus eksplisit melalui iman Kristen. Menurut mereka keselamatan dalam Yesus Kristus juga tersedia melalui agama-agama lain. Karl Rahner, misalnya, mengusulkan istilah “anonymous Christians” atau orang-orang Kristen anonim. Jadi sekalipun dari luar mereka tidak beragama Kristen, tetapi mereka diselamatkan oleh Yesus Kristus, karena mereka adalah orang-orang Kristen yang tersembunyi atau yang tak bernama.
Jalan kompromi yang ditempuh oleh inklusivisme tidak sesuai dengan Alkitab. Alkitab memang mengajarkan bahwa Allah memang ingin semua manusia diselamatkan dan Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan. Tetapi Alkitab juga menambahkan bahwa seseorang harus mendengarkan Injil, beriman, dan bertobat. Untuk beriman mereka harus mendengarkan Injil, karena “iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rom. 10:17). Saat Injil diberitakan, Roh Kudus bekerja untuk menimbulkan iman dalam hati mereka yang mendengarkan (cf. Kis. 16:14). Mereka yang beriman kepada Injil Yesus Kristus, akan bertobat (Mar. 16:16; Rom. 10:9-10). Dengan demikian keselamatan di dalam Yesus Kristus tidak dapat dipisahkan dari iman dan pertobatan.
Coram Deo
Jalan-jalan alternatif keselamatan yang ditawarkan oleh dunia, sekalipun kelihatan menarik, tetapi menyesatkan. Baik universalisme, pluralisme, maupun inklusivisme tidak sesuai dengan Alkitab. Alkitab Firman Allah mengajarkan dengan jelas dan terang bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh dengan beriman kepada Yesus Kristus, yang adalah satu-satunya jalan kepada Bapa. Gereja dan orang-orang percaya harus setia berpegang dan mengajarkan kebenaran ini. (PD)