Memaknai Waktu
I’uomo misura il tempo e il tempo misura I’uomo, sebuah peribahasa asal italia yang dapat diterjemahkan “manusia mengukur waktu dan waktu mengukur manusia”. Peribahasa ini hendak mengajak setiap manusia merenungkan bahwa mereka adalah pengukur waktu, sebab hanya manusialah yang dapat memaknai waktu. Demikian sebaliknya, sang waktu pun mengukur manusia, sebab hanya dalam busur waktu manusia membentuk dirinya sebagai manusia.
Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia mampu menimbang dan menilai perjalanan masa lalunya. Apa yang menjadi pengalaman di masa lalu menjadi sebuah rantai panjang bagi manusia di masa sekarang agar ia dapat melanjutkan tugas untuk menjadi salah satu mata rantai sejarah itu demi generasi yang akan datang. Itu sebabnya manusia butuh merefleksikan pengalaman hidupnya di dalam busur waktu tersebut.
Pengalaman yang serupa dilakukan oleh Samuel dengan meletakan batu antara Mizpah dan Yesana yang dinamainya Eben-Haezer, “Sampai di sini Tuhan menolong kita” (1 Sam. 7:12). Batu ini bukan sekedar sebagai penghiburan bagi bangsa Israel atas kemenangannya terhadap orang Filistin, tetapi juga sebuah refleksi peringatan agar bangsa Israel berbalik dari dosa-dosa, penyimpangan dari kebenaran-Nya. Sebuah refleksi atas dua puluh tahun lebih kekalahan mereka dari bangsa Filistin. Mereka sedang memaknai waktu, bersamaan itu Tuhan sedang membentuk atau mendidik mereka melalui waktu.
Proses mendidik di dalam waktu pun sebenarnya sudah terjadi pada generasi baru bangsa Israel sebagaimana dicatat di Kitab Ulangan 6. Di bagian ini (Ul. 6:1-2; 4-9), Musa digambarkan sedang menasihati umat Israel untuk mengingat perbuatan-perbuatan Allah dalam perjalanan sejarah mereka, guna mengajarkan perintah-perintah-Nya, di atas semuanya itu adalah untuk mengasihi serta menunjukan sikap takut pada-Nya. Masa lalu mendidik mereka mengingat dan merefleksikan waktu. Pada saat bersamaan Tuhan memakai peristiwa-peristiwa tersebut guna membentuk masa depan yang baik dan indah seturut rancangan-Nya.
Pertanyaannya, apakah kita dapat dengan mudahnya memprediksikan atau melihat masa depan hanya dengan masa lalu dan saat ini? Tentu saja tidak demikian! Itu sebabnya di dalam Mazmur 139, Daud mengakui bahwa dirinya tidak dapat lari dari hadapan Allah. Daud bermazmur menjelaskan kemahatahuan Allah. Allah tahu ketika Daud duduk atau berdiri, berjalan atau berbaring, bahkan perkataan-perkataannya yang belum terucap (ay. 2-4). Manusia tidak mungkin dapat bersembunyi dari Allah, sementara Dialah yang merenda kehidupan manusia di dalam waktu, sejak dari kandungan (ay. 13-16).
Pengalaman hidup bersama dengan Allah memberi Daud pemahaman bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah Yang Mahatahu. Allah mengetahui apa yang terjadi di masa lalu, demikian juga yang akan terjadi di masa depan. Ia Mahatahu dan Dialah perancang kehidupan manusia. Dialah awal dan akhir, sang waktu itu sendiri (Why. 1:8). Maka di akhir mazmur tersebut, Daud menyatakan kerinduannya agar Tuhan senantiasa menyelidiki dan melihat hati dan pikirannya sehingga tidak menyimpang dari jalan-Nya. Daud ingin Tuhan menuntunnya, baik di masa kini atau pun di masa depan.
Di pengujung tahun 2023 ini kita semua diperhadapkan dengan sang waktu. Ia mengajak setiap kita memaknai apa yang sudah terjadi sepanjang tahun 2023 ini. Semua pengalaman suka dan duka, gagal dan berhasil, sulit dan mudah, sedih dan senang, terangkai menjadi satu dalam sejarah hidup kita. Pengalaman itu sudah membentuk kita. Tinggal bagaimana kita memaknainya. Saat ini, sebagaimana uraian di atas, kita diajak untuk kembali memaknai waktu dari sudut pandang kemahatahuan Allah. Dialah pribadi yang menuntun setiap orang percaya berjalan melewati busur waktu ini agar menjadi bijak menatap masa depan dalam iman dan pengharapan. Sebagaimana doa Musa, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm. 90:12).
Selamat mengakhiri tahun 2023 serta menyambut tahun 2024. Kiranya di tahun baru kita pun senantiasa memaknai setiap peristiwa dalam karya Allah yang bekerja di sepanjang lintasan waktu. Karena Dialah Sang waktu. Tuhan Yesus memberkati! [CWS]