Menghadapi Kegagalan
Setiap manusia di dunia ini bisa dan pernah gagal. Alkitab dengan jujur mencatat tokoh-tokoh besar Alkitab pernah jatuh dan gagal dalam hidup mereka. Dari Adam dan Hawa pasangan pertama, Abraham bapa orang beriman, Musa bapa bangsa Israel, Daud orang yang berkenan di hati Allah, hinggan rasul Petrus dan Paulus pernah gagal dalam hidup mereka. Tidak ada orang kudus, nabi, ataupun rasul yang tidak pernah gagal.
Abraham: Taat Beriman Juga Gagal.
Abraham memulai perjalanan imannya dengan luar biasa. Ketika Allah memanggilnya untuk meninggalkan negerinya dan sanak saudaranya, ia dengan taat menjalaninya (Kej. 12:1; Yos. 24:2-3). Abraham berangkat dari Haran ke negeri yang Allah akan tunjukkan kepadanya. Ia membawa Sarah istrinya dan juga Lot keponakannya (Kej. 12:4-5). Abraham bukan saja taat tetapi ia juga percaya janji Allah untuk memberikan keturunan kepadanya seperti bintang dilangit. Oleh karena imannya itu, Allah memperhitungkannya sebagai kebenaran (Kej. 15:6). Iman Abraham mencapai puncaknya saat ia dengan taat mengambil Ishak putra satu-satunya untuk dipersembahkan sesuai dengan perintah Allah (Kej. 22:1-18).Sekalipun mendemonstrasikan iman dan ketaatan yang luar biasa, hidup Abraham tidak seratus persen mulus. Sebaliknya di tengah kesuksesannya, ia memiliki kegagalan demi kegagalan. Misalnya, Abraham gagal taat menanti penggenapan janji Allah untuk memberikan keturunan baginya dari Sarah. Saat Abraham keluar dari Haran, dan janji keturunan diberikan kepadanya, iaberumur 75 tahun (Kej. 12:4). Tetapi setelah 10 tahun menanti, janji keturunan itu tak kunjung tiba (Kej. 16:3). Maka Sarah memberikan Hagar budaknya untuk menjadi gundik Abraham (Kej. 16:4). Tindakan yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi berakhir dengan Abraham harus mengusir Hagar dan Ismael (Kej. 21:8-21).
Abraham juga gagal sebagai suami yang harus memberikan perlindungan kepada Sarah istrinya. Kegagalan ini bahkan terjadi 2 kali. Kali pertama terjadi pada awal hidup mereka di Kanaan. Mereka berjalan melewati Kanaan dan tiba di Mesir. Sarah cantik parasnya, dan Abraham takut dibunuh maka ia meminta Sarah untuk mengaku sebagai adiknya. Akibatnya, Sarah diambil oleh Firaun dan hendak dipersunting sebagai selirnya. Allah campur tangan menimpakan tulah kepada Firaun, dan akhirnya ia mengembalikan Sarah kepada Abraham (Kej. 12:10-20). Kejadian yang mirip terjadi lagi pada saat mereka tinggal di Gerar sebagai orang asing. Kembali untuk melindungi dirinya sendiri, Abraham meminta Sarah untuk mengaku sebagai adiknya. Abimelekh, raja Gerar, lalu meminta orang mengambil Sarah. Allah kembali campur tangan dan memperingati Abimelekh dalam satu mimpi. Pada akhirnya Sarah kembali diselamatkan oleh intervensi ilahi (Kej. 20:1-18).
Ishak: Anak Perjanjian Yang Gagal.
Ishak adalah anak perjanjian yang Tuhan karuniakan kepada Abraham dan Sarah pada masa tua mereka. Ishak dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga orang beriman yang cinta Tuhan (Kej. 21:1-3). Pada waktu dewasa, Abraham mencarikan Ishak pasangan dari keluarga beriman (Kej. 24). Ishak menikah dengan Ribka dan melahirkan 2 anak kembar – Esau dan Yakub (Kej. 25:19-28).Sekalipun lahir dan dibesarkan dalam kondisi keluarga beriman yang baik dan memiliki seorang istri yang baik, tetapi Ishak dan Ribka tetap gagal menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak mereka.
Pertama, mereka masing-masing pilih kasih kepada salah satu dari anak mereka. Ribka lebih sayang kepada Yakub, sedangkan Ishak lebih sayang kepada Esau. Alasannya untuk kepentingan mereka sendiri. Ribka lebih sayang kepada Yakub karena Yakub anaknya tenang lebih suka tinggal di kemah. Ishak lebih sayang kepada Esau karena ia suka makan daging buruan, yang disediakan oleh Esau (Kej. 25:27-28). Kedua, oleh alasan yang sama mereka gagal memperhatikan kebutuhan rohani kedua anak mereka. Yakub yang menipudemi mendapatkan hak kesulungan. Esau yang tidak peduli dengan hak kesulungan dan menjualnya demi semangkuk kacang merah (Kej. 25:29-34). Ketiga, tetap oleh alasan yang sama, mereka membiarkan relasi suami istri retak. Ribka membantu Yakub untuk menipu suaminya sendiri, dan mengambil doa berkat Yakub dari Esau putranya sendiri (Kej. 27).
Yakub: Pemuda Ambisius Yang Gagal.
Yakub adalah seorang pemuda berpotensi, cerdik, dan penuh ambisi. Ia seorang pejuang sejak dari perut ibunya, berjuang untuk menjadi yang terutama dari orang sekelilingnya. Ia lahir dengan tangan memegang tumit Esau abangnya (Kej. 25:26). Ini adalah kekuatan sekaligus menjadi kekurangan Yakub. Ambisi dan kecerdikannya telah menjadi akar kegagalannya.Yakub dengan cerdik (atau licik) berhasil tawar-menawar dengan Esau untuk mendapatkan hak kesulungan darinya hanya dengan semangkuk kacang merah (Kej. 25:29-34). Dengan cara menipu, ia berhasil mendapatkan doa berkat dari Ishak ayahnya yang matanya telah kabur (Kej. 27). Setelah terdepak dari keluarganya, ia tidak berhenti berjuang untuk mendapatkan harta dari Laban pamannya. Sekalipun berkali-kali diubah upahnya, dengan kecerdikannya Yakub berhasil menang dalam pertarungan melawan siasat Laban. Ia dapat pergi dengan istri dan anak-anaknya serta kambing dombanya (Kej. 31:36-41).
Dengan perjuangan dan kecerdikannya, Yakub kelihatannya menang, tetapi ia gagal. Ia sangat ketakutan saat akan bertemu kembali dengan Esau abangnya. Sekalipun ia telah mengatur berbagai strategi agar dapat memadamkan api kemarahan abangnya, tetapi hatinya tetap tidak ada damai sejahtera. Malamitu, di Pniel, Allah dalam bentuk seorang malaikat mengizinkan diri-Nya bergulat dengan Yakub semalam-malaman. Pada akhirnya Yakub sadar bahwa malaikat itu adalah Allah sendiri. Yakub tidak membiarkan-Nya pergi sebelum Allah memberkatinya. Ia pada akhirnya memberkati Yakub dengan mengubah namanya dari Yakub menjadi Israel dan menyentuh pangkal pahanya sehingga Yakub menjadi pincang (Kej. 32:22-32). Yakub akhirnya sadar, ia hanya dapat menang, bukan karena perjuangan dan kecerdikannya, tetapi hanya karenaberkat Allah semata. Yakub yang berjuang dengan kecerdikan dan kekuatan sendiri akan gagal. Israel yang membiarkan Allah berjuang untuknya, akan menang.
Yesus Tak Pernah Gagal Namun Memikul Kegagalan Manusia .
Semua tokoh-tokoh besar dalam Alkitab pernah gagal. Satu-satunya pengecualian adalah Anak Manusia Yesus Kristus. Itupun dengan catatan bahwa sebagai manusia Yesus bisa saja gagal. Itulah sebabnya Ia dicobai oleh si Iblis agar jatuh ke dalam dosa (Mat. 4:1-11). Pencobaan ini adalah nyata,bukan ilusi, karena Yesus dalam darah dan daging bisa saja gagal, karena sama seperti kita Ia adalah manusia sejati yang memiliki potensi untuk jatuh dan gagal. Namun Ia menang dan tidak pernah gagal. Maka Alkitab mencatat bahwa di dalam segala hal, Ia sama seperti kita, “turut merasakan kelemahan-kelemahan kita” dan “Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”(Ibr. 4:15). Dia yang tak pernah gagal telah memikul semua kegagalan kita, agar di dalam Dia, kita dapat hidup berkemenangan (Yes. 53:5). ** PD