Rejoice Always (Bersukacitalah Senantiasa)
Ada sebuah lagu anak-anak yang liriknya seperti ini:
Bersukacita selalu, mari kita puji Dia
Bersukacita selalu, mari kita puji Dia
Puji, puji, mari kita puji Dia
Puji, puji, mari kita puji Dia
Rejoice in the Lord always and again I say rejoice
Rejoice in the Lord always and again I say rejoice
Rejoice, rejoice, and again I say rejoice
Rejoice, rejoice, and again I say rejoice
Mungkin kita tidak asing lagi dengan lagu di atas yang sering dinyanyikan di sekolah minggu pada waktu kita masih kecil atau sering juga dinyanyikan di dalam suasana retreat atau persekutuan anak muda.
Satu lagu yang liriknya sederhana tapi mengandung kebenaran Firman Tuhan yang penting.Lirik lagu ini dikutip dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (4:4).
Yang menarik dari ayat ini ialah kata bersukacitalah. Kata ini dalam bentuk perintah dan bukan himbauan. Berarti Tuhan memerintah kita untuk bersukacita senantiasa. Sampai disini mungkinada diantara kita yang bertanya-tanya bagaimana mungkin kita bisa bersukacita kalau bisnis kita lagi sulit, kalau kita lagi ditimpa sakit berat, kalau anak kita tidak diterima di kampus yang diidamkan, dan banyak alasan lainnya. Lalu bagaimana caranya agar kita dapat melakukan perintah Tuhan ini,bersukacitalah senantiasa?
1. Milikilah relasi yang intim dengan Yesus.
Hal pertama yang bisa kita pelajari dari Filipi 4:4 ialah bahwa kita bisa bersukacita senantiasa kalau kita ada di dalam Tuhan. Ayat ini berbunyi “Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan”, dengan kata lain sukacita kita itu tidaklah bergantung dari keadaan atau situasi dari luar diri kita tetapi dari relasi kita dengan Tuhan yang senantiasa tidak akan berubah.
Sukacita atau ‘joy’ berbeda dengan bahagia atau ‘happy’. ‘Happy’ adalah suatu perasaan atau emosi sesaat yang tergantung dari ‘happening’ atau dari apa yang terjadi dalam hidup kita yang sumbernya bersifat eksternal dan sementara. Misal, naik jabatan, dapat cuan banyak, lulus ujian, dapat rumah baru, dan lain-lain. Ketika harta atau kedudukan kita hilang, maka kebahagiaan kita juga hilang.Tetapi ‘joy’ atau sukacita anak Tuhan adalah suatu perasaan atau emosi yang lebih dalam dari pada ‘happy’. Sukacita adalah emosi yang bersifat internal yang tidak dipengaruhihal-hal yang eksternal karena bergantung kepada Tuhan yang bersifat kekal, yang tidak berubah. Kita bisa bersukacita senantiasa kalau kita ada di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam kita.
Tuhan Yesus pernah berkata di dalam perumpamaan tentang pokok anggur yang benar, “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh. 15:9-11).
Sukacita yang ada di dalam diri Tuhan Yesus bersumber dari relasi yang intim dengan Bapa di surga. Dan Tuhan Yesus juga mau supaya sukacita yang ada di dalam diri-Nya ada di dalam setiap kita yang percaya kepada-Nya. Bagaimana caranya? Yaitu dengan kita selalu tinggal di dalam Yesus, di dalam kasih-Nya, dengan melakukan segala perintah-Nya. Pada waktu kita tinggal di dalam Yesus sebagai pokok anggur yang benar dan Yesus tinggal di dalam kita, maka kita sebagai ranting-ranting-Nya akan menghasilkan buah sukacita.
Sejalan dengan perkataan Tuhan Yesus, Rasul Paulus mengajarkan tentang buah Roh (Gal. 5:22-23). Sukacita adalah buah Roh. Buah Roh itu akan dihasilkan anak Tuhan hanya jika Roh Tuhan menguasai dan memimpin hidupnya.Pemazmur juga mengatakan, “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Mzm. 16:11).
Jadi, kita bisa bersukacita senantiasa kalau kita punya hubungan yang intim dengan sumber sukacita sejati yang kekal yaitu Tuhan. Itulah sebabnya mengapa Rasul Paulus bisa berkata “bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan”, meskipun kita tahu pada saat surat Filipi itu ditulis, Rasul Paulus sedang dalam penjara, menantikan hukuman yang berat yang bisa berupa hukuman mati yang bakal ia hadapi karena imannya dalam Yesus. Namun justru di tengah penderitaannya di dalam penjara, lahirlah surat Filipi yang dikenal dengan surat yang penuh sukacita karena sukacita Rasul Paulus tidak bergantung kepada keadaan di luar dirinya tetapi bergantung sepenuhnya kepada Allah yang ia percaya bahwa Allah senantiasa memegang kendali atas segala hal dalam hidupnya. Itulah yang membuat ia dapat bersukacita senantiasa meski dalam keadaan yang sulit. Maka tidak heran kemudian ia juga berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21).
2. Teruslah berbuat baik kepada semua orang.
Hal kedua yang bisa menolong kita untuk dapat bersukacita senantiasa ialah dengan tidak jemu-jemu berbuat baik, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat” (Flp. 4:5). Di sini Rasul Paulus menuliskan bahwa kebaikan hati kita perlu diketahui oleh semua orang. Bukan saja diketahui umat Tuhan tetapi juga orang-orang yang belum percaya bahkan kepada mereka yang membuat Rasul Paulus menderita dalam penjara.
Berbagai kebaikan hati yang Rasul Paulus rindukan nyata pada jemaat Filipi,“Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri”(2:2-3). Selanjutnya Rasul Paulus juga menasihati supaya hidup dengan rendah hati dengan mencontoh Kristus yang merendahkan diri-Nya dengan mengosongkan diri-Nya menjadi manusia sekalipun Ia adalah Allah. Bahkan sampai mati di kayu salib. Kemudian Rasul Paulus juga menasihatkan untuk jemaat terus mengerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar, dengan hidup tanpa sungut-sungut dan perbantahan sehingga jemaat bisa hidup bagaikan bintang-bintang di tengah angkatan yang jahat (2:12-15).
Rasul Paulus tidak putus asa untuk terus menabur kebaikan kepada semuaorang karena ia tahu bahwa Tuhan sudah dekat. Dia mau hidupnya terus berbuah menjadi berkat, memberitakan Injil Tuhan supaya banyak yang percaya dan diselamatkan dan hidup memuliakan Tuhan sampai Tuhan panggil dia ke surga sehingga ia boleh didapati Tuhan sebagai hamba yang setia.Hidup yang berbuah dalam kebaikan demi nama Tuhan akan menolong kita untuk bersukacita senantiasa di dalam Tuhan.
3. Berdoa dan bersyukur.
Hal ketiga yang bisa menolong kita untuk dapat bersukacita senantiasa ialah dengan membawa segala kekuatiran dan permohonan kita kepada Tuhan dalam doa dan ucapan syukur,“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Flp. 4:6-7).
Rasul Paulus tahu bahwa kekuatiran bisa menjadi penghalang untuk kita tidak melakukan perintah Tuhan,‘bersukacitalah senantiasa’. Itu sebabnya ia menasihati bahwa ketika kita sedang menghadapi masalah yang membuat kita kuatir, kita harus mencurahkan kesusahan hati kita dan keinginan kita kepada Allah dalam doa dan permohonan disertai ucapan syukur. Mengapa disertai dengan ucapan syukur? Karena kita thu siapa Tuhan kita yang kepada-Nya kita berdoa. Ia adalah Bapa kita di surga yang baik yang tahu apa yang diperlukan anak-anak-Nya. Seperti yang Tuhan Yesus ajarkan di dalam Matius 6:25-34 untuk jangan kuatir. Kalau Bapa di sorga memelihara burung yang tidak bisa menabur dan menuai, juga mendandani bunga bakung di ladang yang tidak bisa memintal, yang segera lisut dan layu, pasti Ia memelihara kita manusia yang lebih berharga daripada burung dan bunga bakung. Bahkan Ia rela mengutus putra-Nya yang tunggal Yesus Kristus untuk mati di kayu salib menyelamatkan kita yang berdosa dari hukuman kekal.
Kita berdoa juga dengan ucapan syukur karena kita tahu, “bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rom. 8:28).Itulah sebabnya Rasul Paulus dapat berkata, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13).
Ketika kita membawa segala kekuatiran kita kepada Allah, dengan membawa ucapan syukur, maka damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiran kita di dalam Kristus Yesus. Berdoa dan bersyukurlah maka kita dapat bersukacita senantiasa di dalam Tuhan karena kita tahu ada Bapa di sorga yang sangatmengasihi kita yang mempunyai rancangan yang terbaik untuk setiap anak-anak-Nya.
4. Ubah perspektif pikiran kita pada hal-hal surgawi.
Hal keempat yang bisa menolong kita bersukacita senantiasa ialah dengan mengubah perspektif pikiran kita pada hal-hal surgawi, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Flp. 4:8).
Ketika Rasul Paulus dipenjara, ia masih bisa bersukacita di dalam doanya ketika mengingat jemaat di Filipi yang bertumbuh (Flp. 1:3-5). Pikirannya diarahkan kepada perkara-perkara surgawi. Perspektif pikirannya juga berbeda dalam melihat pemenjaraannya. Ia melihat pemenjaraannya bukan dengan kesedihan tapi dengan sukacita karena pemenjaraannya justru membawa kemajuan Injil, sehingga banyak orang tahu termasuk yang di istana bahwa Rasul Paulus dipenjara karena Kristus. Bahkan pemenjaraannya mendorong jemaat semakin berani untuk memberitakan Injil(Flp. 1:12-15). Meskipun ada orang yang punya motivasi lain dalam memberitakan Injil, tapi Rasul Paulus tetap bersukacita karena Injil boleh diberitakan (Flp. 1:18). Dalam menghadapi hukuman berat yang bisa jadi kematian baginya karena imannya dalam Kristus, ia sikapi dengan perspektif yang berbeda sehingga ia bisa tetap bersukacita karena melalui hidup dan matinya ia selalu ingin memuliakan Kristus(Flp. 1:20). Kalau ia harus mati, ia bersukacita karena ia akan bertemu Kristus dan bebas dari segala kesusahan. Tetapi kalau Tuhan mau ia tetap hidup, itu berarti ia masih harus bekerja menghasilkan buah dalam hidupnya untuk jadi berkat bagi jemaat dan banyak orang(Flp. 1:22-24). Paulus mengubah perspektif pikirannya dalam melihat kehidupan dengan pikiran-pikiran yang berkenan kepada Tuhan.
Marilah kita memiliki perspektif pikiran-pikiran yang surgawi bukan yang duniawi (Flp. 4:8) dalam melihat setiap peristiwa dalam hidup kita. Mari kita memakai perspektif pikiran surgawi dalam menjalani keseharian kita, dalam membangun rumah tangga kita, dalam menjalankan bisnis kita, pekerjaan kita, profesi kita. Biarlah nama Tuhan dimuliakan di dalam seluruh aspek kehidupan kita. Itulah yang akan membuat kita bisa bersukacita senantiasa di dalam Tuhan.
Penutup: keteladanan hidup
Rasul Paulus menasihati kita untuk melakukan apa yang sudah kita pelajari dengan mencontoh keteladanannyayang telah mempraktikkan perintah Tuhan dalam hidupnya yaitu bagaimana bersukacita senantiasa di dalam Tuhan. Itulah yang akan membawa damai sejahtera di dalam hidup kita, “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu” (Flp. 4:9). ***MKF