Penghiburan dan Sukacita Dalam Perjamuan Kudus
Bagaimana sikap hati kita ketika datang ke meja perjamuan Tuhan? Kadangkala kita datang dengan “muka panjang”, “hati yang dingin”, “sikap ini mah biasa dari dulu saya lakukan”. Tetapi sebagian yang lain dikuasai oleh perasaan khidmat, bahkan gentar. Perasaan demikian tentu muncul karena menyadari keberdosaan kita dan betapa agungnya Kristus yang telah berkorban dan memanggil kita ke meja perjamuan-Nya. Sesungguhnya, Perjamuan Kudus (PK) bukan hanya membawa kita pada hal-hal itu, tetapi melalui PK, Kristus juga memberikan penghiburan dan sukacita kepada anak-anak-Nya.
Hal ini ditulis dengan indah oleh Guilelmus Saldenus dari Belanda (1627-1694) dalam tulisannya yang diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai The Efficacy of the Lord’s Supper. Dia adalah seorang pendeta gereja Reformed yang memiliki kemampuan teologis yang mumpuni sehingga diberi gelar doktor kehormatan dari Universitas Utrecht, sebuah gelar yang sangat jarang diberikan di masa itu. Berikut ini adalah beberapa hal yang ditulisnya sebagai dorongan bagi orang percaya untuk mengikuti PK dengan benar dan mengalami penghiburan serta sukacita rohani.
Pertama, PK yang diikuti dengan benar akan membawa penghiburan dan sukacita (Rm. 4:11; 1Kor. 10:16-17; 1Kor. 5:7; Kid. 5:1). Untuk itu, kita tidak boleh mengikuti PK hanya karena ikut-ikutan orang lain atau dengan motivasi yang tidak benar seperti ingin mendapatkan keuntungan, kehormatan, dan sebagainya. Kita juga perlu datang ke PK dengan tujuan untuk memperoleh penghiburan dan sukacita rohani ini, bukan dengan maksud untuk berkeluh kesah atas kehidupan yang kita sedang jalani.
Kedua, sukacita yang membawa penghiburan dari PK bukan sesuatu yang bersifat eksternal atau fisik tetapi yang bersifat internal dan rohani (Mzm. 4:8; Luk. 1:47; Mzm. 22:27). Ini muncul dari pemahaman kita yang lebih baik akan agungnya dan begitu bernilainya penderitaan Yesus Kristus, kedamaian hati yang lebih besar karena keyakinan akan persekutuan dengan Tuhan Yesus dan akan kepuasan hati serta ketetapan untuk menaati Kristus seberapapun harganya. Tentu saja semuanya sudah ada pada diri orang percaya yang datang dengan kesungguhan hati ke meja perjamuan, tetapi melalui PK dia akan mengalami semuanya lebih dalam lagi.
Ketiga, hanya orang yang sungguh-sungguh telah mengalami pertobatan dan kelahiran baru yang dapat mengalami penghiburan dan sukacita semacam itu di dalam PK (1Kor. 11:28, 2Taw. 31:18; 2Kor. 6:14-15; 1Kor. 10:19-20; Mzm. 15:1-2). PK bukan sebuah alat untuk memberikan anugerah kepada seseorang tetapi untuk menguatkan anugerah yang telah dimilikinya. Hal ini juga akan dialami oleh orang percaya yang sungguh-sungguh menyesali dosanya, seberapapun dalamnya itu.
Keempat, sukacita melalui PK biasanya hanya akan dialami oleh orang percaya yang dengan aktif mempersiapkan diri untuk mengikuti PK (2Taw. 30:18-20; 1Kor. 11:28; 2Kor. 9:6; 2Taw. 30:3). Orang tersebut perlu menyiapkan diri dengan sungguh-sungguh menghadapi meja perjamuan dengan seluruh pengetahuan, kerinduan hati, iman, kasih, ketaatan, dan segala hal serupa lainnya, tahu untuk apa dia datang dan apa yang akan dialaminya dan ketaatan apa yang akan dilakukannya setelah mengikuti PK.
Kelima, sukacita ini biasanya kurang banyak dialami oleh orang percaya yang kondisi hati dan rohaninya sedang kacau dibandingkan dengan yang kondisi rohaninya stabil dan baik (Ef. 1:10; Mzm. 40:13). Karena itulah kita perlu berusaha menjaga kehidupan rohani dengan baik, memelihara ketenangan hati di hadapan Tuhan, terlebih lagi di waktu-waktu menjelang diadakannya PK.
Keenam, orang-orang percaya tidak akan mendapatkan bagian sukacita dan penghiburan sama besarnya dalam PK, yang satu bisa lebih banyak, yang satu lebih sedikit (1Kor. 12:6; 1Kor. 15:31; 2Kor. 12:23). Ini tidak berarti bahwa sukacita dan penghiburan yang didapatkan itu palsu, seberapapun kecil rasanya. Orang percaya juga tidak boleh fokus kepada besar kecilnya penghiburan dan sukacita yang dialaminya tersebut sehingga membawa rasa tidak puas dan gerutuan.
Ketujuh, penghiburan dan sukacita yang dihasilkan dari PK tidak hanya terbatas pada waktu orang percaya mengikuti PK, tetapi dapat juga tampak pada waktu lama sesudahnya (Yoh. 10:41; 2Sam. 10:1, 6, 9). Ini artinya orang percaya tidak bisa menyimpulkan bahwa mereka telah sia-sia mengikuti PK karena tidak merasakan penghiburan dan sukacita di dalamnya, padahal telah menyiapkan diri sedemikian rupa. Allah yang mencurahkan karunia-Nya juga yang akan menentukan waktu yang tepat untuk hal tersebut. Karena itu, kita tetap harus merenungkan PK yang baru diikuti sekalipun sudah keluar dari gedung gereja.
Kedelapan, seorang percaya bisa saja kadangkala tidak mengalami sukacita dan penghiburan dari PK, tetapi dia menerima dan menikmati PK dengan menghasilkan buah sejati. Mengapa bisa demikian? Karena sukacita ini bukan unsur utama dari PK dan tidak dijanjikan secara pasti melainkan janji yang bergantung kepada banyak hal. Buah tetap bisa dihasilkan dari PK, seperti kerendahan hati, kasih, semangat, dan sebagainya. Di waktu lain, penghiburan dan sukacita akan muncul melalui PK yang diikutinya.
Karena itu, Saldenus mendorong kita untuk tidak berfokus terlalu banyak kepada aspek eksternal PK seperti roti, anggur, pemecahan roti, makan dan minumnya, dan berhenti pada hal-hal tersebut. Kita juga tidak boleh memercayai dan puas dengan kualitas dan nilai persiapan kita sendiri. Itu hanya alat, bukan dasar tuntutan bagi Allah untuk memberikan penghiburan dan sukacita pada waktu PK. Kita perlu berfokus kepada Kristus saja. Sebagian dari orang percaya yang cenderung melankolis perlu berhati-hati agar perhatian mendalam kepada dosa dan kegagalan mereka tidak mengalihkan perhatian dari begitu terangnya anugerah pengampunan dan kemurahan yang ada pada Kristus. Kita tidak boleh memandang remeh sukacita rohani yang dapat dialami melalui PK karena terlalu fokus kepada kegelapan batin kita.
Jadi ketika menghadapi PK, kita perlu serius memperhatikan pentingnya dan seriusnya PK dan segala yang berkaitan dengannya. Pada waktu kita mengikutinya, biarlah iman kita terlibat secara aktif dan sungguh-sungguh. Kristuslah inti sukacita ini dan kita perlu menaruh iman sepenuhnya pada Dia. Jangan fokus kepada kenikmatan dan kenyamanan diri selama mengikuti PK, sekalipun kita mengalaminya, tetapi tetap fokus kepada Dia. Kalau ada pikiran atau perasaan lain yang bercampur aduk selama PK, atau bahkan pikiran dan perasaan untuk mengalami sukacita itu sendiri, maka jangan fokus ke sana tetapi kepada hal yang baik dan bermanfaat bagi jiwa yang akan diberikan oleh Kristus. Sekalipun kita tidak boleh fokus kepada unsur-unsur eksternal dari PK, kita tetap perlu menghargai unsur-unsur itu. Nikmatilah dengan sepenuh hati. Pada akhirnya, penghiburan dan sukacita yang kita peroleh melalui PK bukan semata-mata untuk penghiburan dan sukacita itu sendiri, tetapi untuk membawa kita hidup lebih kudus dan lebih dekat kepada Tuhan.
Dengan datang ke meja perjamuan, mengikuti dan menikmati semua proses, unsur eksternal dan menaruh iman penuh kepada Kristus, maka hidup rohani kita akan dibangun lebih baik. [TDK]