Pentingnya Silsilah Yesus
Dewasa ini, dengan berbagai alasan, muncul tren ketertarikan kepada silsilah. Ada yang ingin menemukan kembali identitas suku, bangsa, etnis, dan budaya, dari mana mereka berasal. Ada yang ingin mengumpulkan informasi medis keluarga untuk mengantisipasi resiko kesehatan mereka dan keturunan mereka. Atau bahkan ada yang termotivasi hanya sekedar untuk menemukan orang-orang terkenal dalam silsilah mereka.
Orang-orang Israel kuno menyimpan silsilah mereka juga dengan berbagai alasan. Silsilah berperan penting dalam kehidupan orang-orang Israel kuno, terutama untuk kaum iman dan Lewi. Seorang imam Yahudi harus mampu menunjukkan bahwa silsilah nenek moyangnya dapat ditelusuri sampai kepada Harun. Hanya dengan ini ia membuktikan keabsahannya sebagai seorang imam. Hal yang sama juga berlaku bagi kaum Lewi. Selain itu jika mereka akan menikah, mereka harus dengan teliti memeriksa silsilah keluarga calon istrinya agar tidak terjebak dalam pernikahan yang tidak sah. Karen jika itu terjadi, akan membuat mereka kehilangan hak untuk memangku jabatan imam ataupun Lewi. Maka waktu itu di Bait Allah tersimpan rapi catatan silsilah-silsilah para imam dan Lewi. Misalnya, Yosephus, seorang ahli sejarah Yahudi, mampu menunjukkan identitasnya sebagai imam dari pihak ayahnya sepanjang 250 tahun.
Alkitab juga mencatat silsilah-silsilah tokoh-tokohnya, seperti Adam, Nuh, Abraham, dan sebagainya. Yang menarik adalah catatan silsilah Yesus Kristus. Injil Matius dimulai dengan catatan silsilah Yesus Kristus (Mat. 1:1-17). Ia menelusuri nenek moyang Yesus dari Abraham, Daud, dan sampai kepada Yusuf dan Maria, orang tua Yesus. Demikian juga Injil Lukas mencatat silsilah Yesus (Luk. 3:23-38). Terbalik dengan Matius, Lukas menelusuri silsilah Yesus mulai dari Yusuf ayah Yesus sampai kepada Daud, Abraham, dan seterusnya sampai kepada Adam, manusia pertama.
Untuk apa silsilah ini? Mengapa Matius memulai Injilnya dengan sederet nama-nama? Mengapa Lukas juga mencatat silsilah Yesus dan menelusurinya sampai kepada Adam? Ada beberapa alasan yang dapat kita perhatikan, mengapa silsilah Yesus begitu penting.
Yesus penggenap janji Allah kepada Daud
Silsilah itu menyatakan bahwa Yesus adalah anak Daud. Ia adalah anak Daud dalam arti secara fisik. Ia keturunan Daud (Mat. 1:1). Menurut Matius, Yesus adalah anak Daud dari keturunan Salomo (Mat 1:6). Sedangkan menurut Lukas, Ia adalah anak Daud dari keturunan Natan (Luk. 3:31). Perbedaan tidaklah saling bertentangan, karena selalu mungkin seseorang memiliki dua garis keturunan yang berbeda, entah dari garis ayah maupun dari garis ibu. Kedua garis ini kemudian menyatu kembali pada Daud.
Namun, Yesus juga adalah anak Daud, dalam arti yang lebih khusus, yakni Ia adalah penggenap janji Allah kepada Daud. Allah telah berjanji kepada Daud bahwa kerajaannya akan kokoh selama-lamanya (2 Sam. 7:12-13). Janji hanya mungkin digenapi dengan datangnya Sang Mesias yang mendirikan kerajaan-Nya untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu Sang Mesias akan datang dari keturunan Daud (Yer. 23:5-6; 30:9; Yeh. 34:23-24). Di Perjanjian Baru, orang-orang waktu itu tahu bahwa Mesias adalah anak Daud (Mat. 12:23; 20:22; Mrk. 12:35; Luk. 20:41; Rm. 1:13).
Selain itu, bahwa Yesus adalah anak Daud juga disimbolkan dengan angka 14. Daud dalam bahasa Ibrani adalah דוד. Angka dalet (ד) adalah 4, sedangkan waw (ו) adalah 6. Dengan demikian nama Daud adalah 4+6+4 = 14. Oleh sebab itu Matius dengan sengaja membagi silsilah Yesus ke dalam tiga bagian, dan masing-masing bagian adalah empat belas generasi (Mat. 1:17). Simbolisme adalah untuk menyatakan Yesus adalah anak Daud. Ia adalah Mesias yang dijanjikan. Ia adalah Raja yang akan memerintah selama-lamanya.
Yesus penggenap janji Allah kepada Abraham
Yesus Kristus adalah anak Daud, dan juga anak Abraham (Mat. 1:1). Yesus anak Abraham, pertama dalam arti secara fisik. Ia adalah orang Yahudi yang secara fisik adalah keturunan Abraham dari Ishak dan Yakub.
Namun, Yesus juga adalah anak Abraham dalam arti pewaris janji Allah kepada Abraham (Ibr. 2:16-17). Orang-orang Yahudi adalah keturunan Abraham. Namun tidak setiap keturunan Abraham adalah anak Abraham. Artinya, tidak semua mereka pewaris janji Allah kepada Abraham (Rm. 9:7). Hanya mereka yang beriman seperti Abraham adalah anak-anak perjanjian (Rm. 9:8). Yesus adalah anak Abraham karena Ia pewaris janji Abraham. Ia beriman sebagaimana Abraham beriman kepada Allah yang sejati. Dan semua orang percaya di dalam Yesus adalah anak-anak Abraham dalam arti seperti ini.
Sekali lagi, Yesus Kristus adalah anak Abraham dalam arti yang lebih khusus lagi. Allah telah berjanji kepada Abraham bahwa oleh keturunannya semua bangsa akan diberkati (Kej. 18:18). Keturunan manakah yang dimaksudkan? Bukan semua anak-anak Abraham, tetapi hanya anak Abraham yang secara khusus dipilih, yang hidup-Nya dengan sempurna “menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan” (Kej. 18:19). Dialah Yesus Kristus, anak Abraham, yang menggenapi janji Allah kepada Abraham, dan oleh-Nya semua bangsa mendapat berkat.
Yesus penggenap janji Allah kepada Adam
Lukas menelusuri silsilah Yesus Kristus sampai kepada manusia pertama. Ia adalah anak Adam. Tentu saja semua manusia yang ada di muka bumi ini adalah anak Adam dan Hawa. Dalam hal ini Yesus juga sama. Ia adalah anak Adam. Ia adalah manusia, sama seperti kita semua. Maka Kitab Ibrani mencatat, “Sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (4:15).
Namun, Yesus Kristus adalah juga anak Adam dalam arti yang lebih khusus, yakni penggenap janji Allah kepada Adam. Ketika Adam jatuh ke dalam dosa, Allah datang kepadanya. Ada hukuman diberikan. Namun juga ada janji anugerah-Nya. Allah berkata, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej. 3:15). Inilah Injil pertama yang diberikan Allah kepada manusia. Akan datang keturunan perempuan yang akan meremukkan kepala si ular. Janji Allah kepada Adam telah digenapkan oleh Yesus Kristus. Ia adalah anak Adam, keturunan perempuan itu yang telah menghancurkan kuasa dosa oleh kematian-Nya. Yesus Kristuslah Adam kedua yang menjadi “roh yang menghidupkan” orang-orang yang percaya kepada-Nya (1 Kor. 15:45). [PD]