Salome: Ibu yang ambisius
Dari antara dua belas orang murid Tuhan Yesus, terdapat dua bersaudara yang bernama Yakobus dan Yohanes anak Zebedeus. Ibu mereka bernama Salome. Suami Salome, Zebedeus, berprofesi sebagai seorang nelayan. Zebedeus dan Salome termasuk dalam pendukung pelayanan Yesus secara finansial. Pasangan suami-istri ini pun melepas kedua anak mereka untuk mengikut Yesus dan menjadi bagian dari "lingkaran dalam" Yesus.
Terdapat perbedaan pendapat di antara beberapa penafsir tentang apakah Salome juga adalah saudara perempuan dari Maria ibu Yesus atau hanyalah salah satu dari banyak pengikut Yesus. Beberapa penafsir berkesimpulan bahwa Salome adalah saudara perempuan Maria ibu Yesus yang disebutkan dalam Yohanes 19:25. Jika penafsiran ini akurat, maka Salome berarti juga adalah bibi dari Yesus,dan berarti Yakobus serta Yohanes adalah sepupu-Nya.
Ada satu penggalan kisah yang cukup terkenal tentang ibu dari Zebedeus bersaudara ini. Suatu hari dalam perjalanan Yesus ke Yerusalem, Salome beserta kedua anak laki-lakinya bersujud di hadapan Yesus. Ketika Yesus bertanya hal apa yang mereka kehendaki dari-Nya, Salome pun menjawab, "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." (Matius 20:21). Diperlukan keberanian yang luar biasa untuk bisa meminta suatu hal yang besar seperti itu kepada Yesus. Melalui peristiwa ini banyak yang menafsirkan bahwa Salome adalah ibu yang sangat ambisius.Permintaannya pada Yesus memperlihatkan ambisi keibuannya untuk memastikan tempat yang paling terhormat bagi anak-anaknya.
Menanggapi permintaan Salome, Yesus berpaling pada Yakobus dan Yohanes serta bertanya, "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?". Mereka pun menjawab, "Kami dapat." Yesus, yang mengenal Zebedeus bersaudara secara dekat, menyadari bahwa Salome hanyalah seorang ibu yang menyuarakan ambisi dari anak-anaknya. Sama seperti beberapa ibu yang lain, Salome hanyalah meminta apa yang dipikirnya bisa membuat anaknya bahagia. Alkitab mengisahkan bahwa Yesus dengan lembut menolak permintaan Salome. Yesus menjelaskan padanya bahwa hal menentukan siapa yang duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus adalah bukan hak-Nya, melainkan hak Allah Bapa.
Komitmen Salome kepada Yesus sebelum dan sesudah permintaannya ditolak Yesus tidaklah berubah. Salome adalah salah satu pengikut dan pendukung pelayanan Yesus sejak awal pelayanan Yesus dan hingga akhir hidup Salome. Salome menyadari bahwa Yesus yang dulu dia anggap sebagai calon raja, ternyata mati di kayu salib. Salome sendiri termasuk salah satu di antara beberapa wanita yang bertahan hingga akhir untuk menyaksikan kematian Yesus secara langsung di atas kayu salib (Matius 26:57) dan termasuk di antara beberapa wanita yang pergi ke kubur Yesus untuk meminyaki jenazah-Nya serta mendapat kabar tentang kebangkitan Yesus (Markus 16:1-8).
Ketika Salome menyaksikan kematian dan kebangkitan Yesus, pengertiannya tentang menjadi pengikut Yesus diubahkan. Salome menyadari bahwa jalan Yesus adalah jalan salib dan jalan pengorbanan. Yakobus, anaknya, menjadi rasul pertama yang menjadi martir ketika dia dipenggal atas perintah Raja Herodes Agrippa (Kis 12:1-2). Yohanes, adik Yakobus, melanjutkan pelayanan Yesus dengan memberitakan Injil di Yerusalem, Efesus, dan Asia Kecil, sebelum akhirnya dibuang ke Pulau Patmos.
Salome mungkin adalah seorang ibu yang ambisius, yang menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Tetapi lebih daripada itu, Salome membuktikan diri sebagai ibu yang beriman dan pengikut Yesus yang setia hingga akhir. Salome berhasil mengalihkan ambisi duniawi menjadi ambisi sorgawi, ambisi untuk berkorban bagi Yesus serta menyerahkan anak-anaknya untuk mengikuti dan melayani Yesus. Salome adalah seorang ibu yang berhasil menjadi teladan bagi anak-anaknya serta mendorong mereka menjalani hidup sebagai pengikut Yesus yang sejati. [YS]