Tersesat Dalam Rutinitas: Menemukan Kembali Panggilan Tuhan Dalam Pekerjaan
Ada sebuah gerakan yang unik di Tiongkok yang dilakukan orang anak-anak muda yang bernama tǎng píng (躺平 berarti merebahkan diri di tanah). Para pengikut gerakan itu memilih untuk tidak melakukan apa-apa dengan simbol merebahkan diri (tǎng píng) dan menjalani hidup dengan sikap tak acuh. Mereka membuat gerakan ini sebagai bentuk protes terhadap budaya kerja di Tiongkok yang begitu menekan. Pekerjaan ter-reduksi menjadi sesuatu kewajiban yang memberatkan dan tidak memberi nilai dalam kehidupan. Pandangan ini, jika mau jujur, juga ada di komunitas kita bahkan mungkin sudah menjadi pandangan pribadi. Namun, bukan demikian rancangan semula Tuhan. Mari kita belajar mengenai rahasia rancangan Tuhan bagi manusia dan pekerjaannya.
Rahasia Rancangan Tuhan bagi Manusia dan Pekerjaan
Rahasia rancangan Tuhan bagi manusia dan pekerjaan telah tercatat dalam Alkitab, yaitu pekerjaan merupakan alat yang Tuhan sudah tetapkan bagi manusia untuk memuliakan-Nya. Hal ini begitu jelas terlihat dalam dua bagian Alkitab dalam kitab Kejadian. Orang Kristen penting memahami hal ini agar memiliki perspektif yang benar mengenai pekerjaan.
Pertama, manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi perwakilan-Nya dalam dunia. Tuhan merancang manusia menurut “gambar dan rupa”-Nya (Kej. 1:26-27). Frasa menurut “gambar dan rupa” bukan hanya berbicara kemiripan secara fisik, tetapi juga secara fungsi. Raja-raja di Mesopotamia Kuno memiliki kebiasaan untuk menaruh patung-patung yang serupa dan segambar dengan rupa mereka di daerah-daerah yang di bawah kekuasaan mereka. Manusia, dalam konteks ini, dicipta menjadi tanda serta perwakilan kekuasaan Tuhan di atas dunia untuk mengatur para ciptaan.
Tuhan memberikan bagi manusia kuasa serta keterampilan untuk menjadi perwakilan-Nya. Hal ini begitu nyata ketika manusia memiliki kemampuan kreatifitas dalam kebudayaan dan membuat peradaban menjadi begitu maju secara teknologi. Konsekuensi lain dari kebenaran ini adalah setiap manusia memiliki martabat secara inheren sebagai perwakilan dari Pencipta.
Kedua, manusia diciptakan oleh Tuhan untuk bekerja dan menghasilkan karya. Tuhan memberikan perintah kepada manusia setelah ia ditaruh di taman Eden untuk “mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kej. 2:15). Pekerjaan pada dasarnya adalah sesuatu yang baik dan jika dilakukan dengan setia akan memberikan makna kehidupan bagi manusia. Gambaran yang agaknya susah ditemukan masa sekarang, seperti banyak orang yang merasa enggan menyambut hari Senin untuk memulai kerja kembali. Bekerja menjadi “susah” adalah akibat dari dosa manusia (Kej. 3:17).
Mewujudkan Kehendak Tuhan dalam Pekerjaan
Orang Kristen yang menghidupi bahwa manusia dicipta untuk menjadi perwakilan Tuhan dalam dunia ini dan untuk menghasilkan karya akan menyikapi pekerjaan dengan berbeda. Sikap yang dihasilkan seharusnya juga mencerminkan kebenaran iman Kristen dalam kehidupan karena didasarkan oleh kebenaran yang Alkitabiah. Ada beberapa sikap yang harusnya lahir dari dua kebenaran Alkitab yang mendasar mengenai pekerjaan tersebut.
Pertama, perlakukan setiap orang di tempat kerja sebagai orang yang terhormat. Orang-orang memiliki kecenderungan untuk memperlakukan orang dengan jabatan yang lebih tinggi, lantas bagaimana dengan orang-orang dengan jabatan yang lebih rendah? Kebenaran firman Tuhan mengajarkan bahwa setiap manusia dicipta serupa segambar dengan Tuhan, berarti setiap manusia layak untuk diperlakukan dengan hormat. Mazmur 8:5-6 mengatakan, “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” Seperti duta besar sebuah negara harus dihormati karena ia mewakili negaranya, demikian juga dengan manusia yang menjadi wakil Tuhan dalam dunia ini.
Kedua, jangan nilai seseorang berdasarkan pekerjaan atau pencapaian yang dimiliki. Seorang penulis buku rohani, Bryan Chapell, mengatakan sebuah frasa mendalam tentang manusia, “Label before Labor.” Manusia diciptakan sebagai “rupa dan gambar” Allah bukan berdasar pencapaian yang ada, tetapi karena anugerah pemilihan dari Allah. Tidak ada ciptaan lain yang ditentukan Allah menjadi perwakilan-Nya selain dari manusia. Lebih lanjut Chapell mengatakan, “kepedulian Allah yang berpuncak pada penyediaan Yesus Kristus bagi mereka yang tidak dapat memperoleh atau layak menerima belas kasihan-Nya terpancar dari kebenaran sederhana bahwa kita diberi label penuh kasih sebelum kita diberi pekerjaan dalam hidup kita.” Ya, Tuhan mengasihi kita melebihi pekerjaan atau pencapaian kita. Nyatakan hal itu juga kepada orang sekitar kita, tentunya sikap sederhana ini akan memancarkan kebenaran Injil yang begitu mendalam.
Ketiga, lakukan setiap pekerjaan untuk memuliakan Tuhan yang kita wakili. Perwakilan dari Tuhan tentunya juga memiliki tanggung jawab untuk merepresentasikan sifat dan karakter Tuhan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh rasul Paulus, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol. 3:23). Kebenaran ini berlaku untuk setiap pekerjaan dan profesi, orang Kristen dipanggil untuk merefleksikan kebenaran dan kemuliaan Tuhan. Sebagai contoh: kontrak kerja tanpa klausul tersembunyi, laporan pengeluaran yang jujur, arsitek bangunan yang menggambarkan keindahan, kebijakan pemerintah yang adil, dan sebagainya.
Orang Kristen yang menghidup kebenaran Alkitab dalam pekerjaannya akan menemukan makna yang indah dan kesaksian yang selaras dengan Injil. Bagaimana anda menyikapi pekerjaan anda hari ini, apakah dengan keengganan atau hanya untuk bertahan hidup? Temukanlah rahasia kehendak Tuhan atas manusia dan pekerjaan dalam Alkitab. Jika kita menghidupi hidup pekerjaan kita selaras dengan Alkitab maka hidup kita akan bermakna karena sesuai dengan maksud semula penciptaannya. Saya rindu setiap kita, sebagai orang Kristen, menemukan isi hati Tuhan serta makna yang baru dalam pekerjaan hingga kita dapat memuliakan Tuhan melalui hidup kita. [JP]