Bagikan artikel ini :

Ada Udang Di Balik Batu?

Kidung Agung 6:5-7

Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
- Yeremia 17:9

Edna Buchanan, seorang jurnalis Amerika, pernah berkata, “Laki-laki memberikan cinta karena mereka ingin seks. Perempuan memberikan seks karena mereka ingin cinta.” Saat membaca bagaimana sang raja mencintai si istri dan memaafkannya, kita mungkin berpikir ia melakukannya demi seks. Sebijaksana apa pun Raja Salomo, ia tetap laki-laki yang punya kebutuhan seks, bukan?

Bacaan hari ini menggambarkan bahwa seks bukanlah tujuan Salomo. Setelah dipuji, si istri mengangkat wajah memandangnya. Suaminya terhenyak melihat kecantikan istrinya, dengan lemah lembut memintanya memalingkan mata darinya karena ia dibuat “bingung”. Terjemahan “bingung” yang lebih tepat adalah mata sang istri “membangkitkan gairahnya” (arouse). Istrinya bertanya-tanya, kenapa ia tidak menginginkan seks?

Sang suami kemudian memuji rambut, gigi, dan pelipisnya. Si istri ingat pujian ini yang diucapkannya di malam pengantin mereka! Perbedaannya, sang raja tidak menyebutkan pujian-pujian yang lebih sensual, misalnya mengenai bibir dan buah dadanya. Ia tidak ingin istrinya berpikir bahwa motivasi ia berbaikan hanyalah seks. Ingat konteks masa itu, wanita dianggap warga kelas dua yang fungsinya hanya untuk memuaskan hasrat pria. Sang raja ingin istrinya tahu bahwa ia mencintainya dengan sepenuh hati. Tidak ada udang di balik batu.

Banyak pasangan egois (khususnya pria) yang mendadak jadi baik dan penyabar, lalu mengajak pasangannya berbaikan di malam hari sesudah bertengkar seharian. Mungkin seks adalah salah satu alasannya. Sang raja ingin dekat dengan istrinya bukan karena butuh teman seks. Seks tanpa cinta hanyalah kepalsuan, yaitu menutup-nutupi kehidupan pernikahan yang sebenarnya tidak ada cinta. Cinta harus diperbaiki dulu, baru seks akan mengikuti (Kid. 7:1-10). Ia ingin memastikan kepada istrinya bahwa tidak punya motivasi yang salah. Ia menerima kembali istrinya semata-mata karena cinta.

Seringkali rujukan dilakukan dengan motivasi yang salah. Mungkin bukan seks, tetapi motivasi-motivasi lain yang jadi tujuan utama, seperti harta, stabilitas, takut mertua, bahkan kelangsungan hidup anak-anak. Mari bangun motivasi Anda terhadap pasangan atas dasar cinta kasih yang tulus seperti yang diteladankan Kristus terhadap jemaat-Nya.

Refleksi Diri:

  • Secara jujur, bagaimana Anda memandang pasangan? Sebagai partner seks? Mesin ATM?
  • Apa yang mendorong Anda untuk memaafkan atau meminta maaf kepada pasangan Anda?