Bagikan artikel ini :

Aladin Atau Yesaya?

Yesaya 6:1-8

.... “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”
- Yesaya 6:8

Sejak masih kecil saya sudah mengenal dongeng Aladin. Aladin adalah kisah tentang seorang anak jalanan yang jatuh cinta kepada putri raja. Tentu saja, hubungan mereka tidak berjalan mulus. Nasib Aladin berubah ketika ia menemukan lampu ajaib. Ketika lampu itu digosok, keluarlah jin yang sanggup mengabulkan apa pun yang dimintanya.

Adalah wajar manusia memimpikan hidup yang lebih baik. Akan tetapi, tidak semua orang berjuang keras mengejar mimpinya. Ada orang mengambil jalur lain yang dianggapnya rohani, yaitu minta kepada Tuhan. Salah? Tentu tidak. Berdoa minta berkat sama sekali tidak salah. Yang menjadi masalah adalah ketika hubungan dengan Tuhan dilandasi keinginan meminta-minta dari Tuhan semata. Kita menganggap Tuhan ada untuk mengabulkan keinginan kita. “Tuhan perhatikan hidup saya”, “Tuhan tolong saya”, “Berkati saya”, “Sembuhkan saya”, “Kasihani saya” dan permohonan-permohonan lainnya. Coba Anda pikirkan sejenak, berapa banyak doa Anda diisi permintaan-permintaan?

Yesaya 6:1-8 berkisah tentang penjumpaan Yesaya dengan Tuhan. Ia menyadari dirinya orang berdosa di hadapan Allah yang kudus. Akan tetapi Tuhan mengampuni dosanya. Setelah itu, Tuhan bertanya, “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Jawab Yesaya, “Ini aku, utuslah aku!” (ay. 8). Anda perhatikan: kisah itu dimulai dengan kesadaran diri sebagai orang berdosa, dilanjutkan dengan tindakan pengampunan dosa dan pengudusan oleh Allah. Setelah itu? Panggilan dan pengutusan. Apakah Anda melihat ada yang berbeda di situ dengan kebanyakan sikap orang Kristen? Setelah diselamatkan, Yesaya tidak meminta, “Tuhan, berkati aku” atau permintaan lain yang berfokus pada kepentingan dirinya. Sebaliknya, ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Setelah anugerah keselamatan diperolehnya, yang ia pikirkan bukan mendapatkan bonus dari keselamatan tersebut, tetapi bagaimana memberikan hidupnya bagi pekerjaan Allah. Bukan ingin mendapat berkat lebih banyak lagi, tetapi ingin menjadi berkat.

Relasi yang benar dengan Tuhan bukanlah seperti relasi Aladin dengan lampu ajaibnya tetapi seperti relasi Yesaya dengan Allah. Apakah yang diajarkan kisah Yesaya kepada Anda?

Refleksi diri:

  • Bagaimana relasi Anda dengan Tuhan selama ini? Apakah seperti Aladin atau Yesaya?
  • Apakah Anda sudah memberikan hidup untuk pekerjaan Tuhan selepas mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus?