Bagikan artikel ini :

Allah Yang Turut Menderita

Yesaya 53:1-7

Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.
- Yohanes 16:33b

Dari seluruh manusia yang pernah hidup di bumi, Yesus adalah satu-satunya yang memiliki kuasa untuk memilih situasi kelahiran-Nya. Ia dapat memilih status, orangtua, tempat kelahiran, dan sebagainya. Ternyata Raja penguasa semesta ini, memilih lahir di palungan tempat makan hewan, di sebuah kandang primitif. Ia memilih orang miskin sebagai orangtua-Nya. Ia memilih negeri yang terjajah menjadi tempat kelahiran-Nya. Ketika dewasa, Dia memilih orang-orang berstatus sosial rendah sebagai teman dekat-Nya. Yesus tidak memiliki sebidang tanah pun (Mat. 8:20, Luk. 9:58) dan tidak punya uang sehingga harus memancing ikan di danau untuk bisa membayar pajak (Mat. 17:27).

Yesaya menubuatkan bahwa Yesus akan dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan (ay. 3). Yesus bukan memilih penderitaan karena menikmatinya, tetapi karena Dia tahu hidup manusia penuh dengan kesulitan dan penderitaan. Yesus bahkan mengingatkan para muridNya di ayat emas bahwa mereka akan menderita penganiayaan di dunia ini. Pencapaian kedewasaan iman diperoleh bukan karena kita mengalami lebih sedikit penderitaan, sebaliknya mungkin harus mengalami lebih banyak kesulitan. Sejarah para tokoh Kristen membuktikan hal ini. Paulus mati dipenggal, Petrus mati disalib terbalik, reformator Protestan Martin Luther mati setelah menderita sakit berkepanjangan, bapa gereja Agustinus yang sangat berpengaruh dalam kekristenan mati karena sakit parah.

Penderitaan adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Namun, pertanyaan penting ketika menderita bukanlah “kenapa saya menderita?” melainkan “bagaimana saya meresponi penderitaan ini?” Kita bisa berespons dengan benar karena Kristus yang hadir di hidup kita adalah Allah yang mengalami dan merasakan segala penderitaan manusia. Kita bisa kuat bertahan dan menang atas penderitaan karena Dia yang hadir bersama kita telah mengalahkan maut dan dunia ini.

Bersyukurlah karena kita memiliki Allah yang memahami betapa sulit dan sakitnya penderitaan yang kita alami. Terlebih lagi kita bersyukur karena memiliki Yesus yang senantiasa memberi kekuatan saat kita bergumul dan pengharapan atas setiap penderitaan yang kita alami.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana pemahaman Allah yang turut menderita bisa menolong Anda untuk bisa bertahan menghadapi berbagai penderitaan?
  • Apakah sekarang Anda sudah lebih siap dalam menghadapi penderitaan? Kenapa?