Bagikan artikel ini :

Apa kata gua

Hakim-hakim 19-21

Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
- Hakim-hakim 21:25

Zaman yang kita hidupi sekarang disebut zaman posmo (singkatan dari pos-modernisme). Ciri utama zaman posmo adalah relativisme, artinya tidak ada kebenaran yang mutlak. Bukan berarti tidak ada yang benar, tetapi masing-masing orang bisa menentukan kebenaran menurut kehendaknya sendiri. Apa yang benar menurut saya, belum tentu benar menurut orang lain, demikian pula sebaliknya. Masing-masing orang boleh punya kebenarannya sendiri-sendiri. Bahkan apa yang salah menurut si A, bisa jadi benar menurut si B.

Kehidupan zaman sekarang ini menyerupai kehidupan orang Israel pada masa Hakim-Hakim. Dikatakan bahwa pada masa itu tidak ada raja sehingga setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Pada masa itu, raja identik dengan pemerintah dan hukum. Hukum tertulis seperti KUHP belum ada. Hukum baru sebatas tradisi lisan. Perkataan dan keputusan raja identik dengan hukum itu sendiri. Ketiadaan raja berarti kekosongan hukum. Akibatnya adalah kekacauan baik moral pribadi maupun moral masyarakat. Kisah dalam Hakim-hakim pasal 19-21 adalah salah satu contoh kacaunya kehidupan masyarakat karena ketiadaan raja.

Zaman sekarang kita mempunyai hukum, baik hukum sipil, moral, maupun agama. Namun banyak orang hidup seolah-olah tidak ada otoritas absolut atas kehidupan mereka. Banyak orang hidup tanpa takut Tuhan. Mereka berbuat apa yang sesuai dengan kehendaknya sendiri. “Hidup-hidup gua, mau-mau gua.” Ketika itu terjadi, akibatnya adalah kekacauan moral pribadi dan masyarakat. Banyak contoh yang dengan mudah kita temukan, seperti penyalahgunaan narkoba, pernikahan sesama jenis, penyelewengan seksual (LGBT), intoleransi antar kelompok beragama, dll.

Satu-satunya cara mencegah pembusukan moral yang lebih parah lagi adalah kembali kepada firman Tuhan. Hanya firman Tuhan otoritas yang mutlak benar dan tertinggi bagi kehidupan manusia. “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.” (Mzm. 119:1). Firman Tuhan sungguh mampu meluruskan hidup Anda sejalan kehendak-Nya di tengah dunia yang bengkok ini. Jadikan firman Tuhan sebagai patokan hidup Anda.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda meyakini bahwa hidup menuruti firman Tuhan benar-benar akan membawa pada kebahagiaan?
  • Bagaimana cara Anda menumbuhkan komitmen untuk menuruti firman Tuhan dan bukannya menuruti keinginan pribadi?