Bagikan artikel ini :

Asmara Di Antara Domba-domba

Kidung Agung 1:5-8

Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
- 1 Petrus 3:3-4

Hitam manis. Demikianlah penampilan Gadis Sulam. Sebagai rakyat jelata di Israel, pada umumnya ia sering berjemur di bawah terik matahari untuk bekerja. Ketika raja membawanya ke istana, ia bertemu dengan gadis-gadis cantik, berkulit putih. Tak ayal ia merasa minder dengan kulitnya yang hitam ketika berada di tengah-tengah para gadis istana tersebut.

Namun, di balik “kekurangan” tersebut, Gadis Sulam memiliki sifat mengagumkan yang jarang dimiliki wanita-wanita baik zaman dahulu maupun sekarang. Di ayat 7, si gadis bertanya kepada kakandanya di mana mereka dapat bertemu, yakni ketika sang raja menggembalakan domba. Suatu hal yang tidak lumrah. Mengapa raja melakukan pekerjaan rendahan? Dan lebih aneh lagi, mengapa si gadis justru ingin bertemu sang raja sebagai seorang gembala yang sederhana? Karena Gadis Sulam tidak perlu melihat sang raja dalam kegagahan dan kemegahannya. Ia puas dapat melihat sang raja bekerja layaknya rakyat jelata. Di balik tudung kesahajaan sang raja, si gadis dapat melihat kelembutan seorang gembala terhadap domba-dombanya dan keberaniannya menghadapi binatang buas.

Raja Salomo mencintai Gadis Sulam lebih dari gadis-gadis lainnya karena kerendahhatiannya. Sang raja memberitahukan tempat penggembalaannya. Ia tidak malu memperlihatkan dirinya yang berpeluh di antara hewan-hewan bau karena si gadis dapat melihat hal-hal baik dalam kesederhanaannya yang otentik.

Banyak anekdot tentang para pria yang mati-matian membuat wanita kagum terhadap dirinya sampai-sampai berhutang sana-sini untuk membeli mobil mewah. Memang di zaman sekarang, banyak orang berlomba-lomba memamerkan diri melalui media sosial. Keotentikan sudah tidak dihargai. Suatu sikap yang sangat berbeda dengan Salomo dan Gadis Sulam. Si gadis mengagumi sang raja apa adanya, sang raja bersedia memperlihatkan sisi dirinya yang tidak dibayang-bayangi tahta dan mahkota.

Di era modern ini, banyak pasangan berpacaran tidak berani terbuka apa adanya dan berusaha meng-impress pasangannya. Tentu tidak salah. Namun, ini sering menjadi penyebab banyak pasangan terkecoh sesudah menikah. Mari belajar terbuka terhadap pasangan dan mengasihinya sama seperti Tuhan Yesus yang menerima kita apa adanya.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda nyaman menampilkan diri apa adanya kepada pasangan atau selalu ingin memamerkan diri? Mengapa?
  • Sebelum menuntut pasangan menerima Anda apa adanya, dapatkah Anda pun menerimanya?