Bagikan artikel ini :

Awas! Jagalah Kekudusan

Kidung Agung 4:9-5:1

Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
- 1 Korintus 6:18-19

Mama saya berkali-kali berkata kepada kami anak-anaknya, “Kalau ada dua orang pacaran di ruangan sepi tanpa orang lain, orang ketiga di tengah-tengah adalah setan.” Kata-kata ini ada benarnya. Berapa banyak kasus hamil di luar nikah terjadi. Jangankan orang yang tidak beriman, mereka yang mengaku orang Kristen juga banyak yang terjerumus.

Kejadian ini tidak terjadi kepada si gadis. Kekasihnya menyebutnya “kebun tertutup” dan “mata air termeterai” (ay. 12). Si gadis dengan setia menjaga dirinya sehingga dengan percaya diri dapat memanggil sang raja untuk menikmati buah-buahan di kebunnya (ay. 16). Sang raja pun datang, menikmati dan memuji kebun anggurnya yang termeterai itu.

Apakah hanya wanita yang wajib menjaga diri? Tentu saja tidak. Rasul Paulus memberikan alasan untuk menjauhkan diri dari percabulan, yakni karena tubuh orang percaya adalah bait Roh Kudus. Baik tubuh pria maupun wanita yang sudah ditebus oleh darah Kristus adalah bait Roh Kudus dan bukan lagi milik kita sendiri.

Ketika kedua tubuh bersatu dalam pernikahan kudus, di sanalah terletak keindahan yang sesungguhnya. Dalam hal ini, pria (juga wanita) tidak boleh memaksa kekasihnya, secara halus atau pun kasar, untuk menikmati keindahan tersebut sebelum pernikahan.

Seringkali seks dikategorikan sebagai hal “sekuler”. Ini salah. Seks adalah sakramental. Lihat saja bagaimana Paulus menggambarkan rahasia persatuan Kristus dan gereja seperti persatuan suami-istri (Ef 5:23), dan bagaimana ia ingin membawa jemaatnya sebagai perawan suci kepada Kristus (2Kor. 11:2). Seks tidak sekuler. Tepatnya, tidak ada aspek dalam kehidupan ini yang “sekuler”, entah kehidupan kita dalam bekerja, menggunakan uang, dan sebagainya. Suatu hal hanya bisa sakral atau dosa. Tidak ada jalan tengah. Sekarang, mana yang Anda pilih? Mempersembahkan hidup kepada Tuhan atau si jahat?

Bersyukurlah jika Anda dan pasangan Anda telah menjaga diri sampai ke pernikahan. Tugas Anda sekarang adalah menjaga kekudusan baik dalam pernikahan Anda sendiri (dengan cara menikmati keintiman bersama pasangan Anda saja), maupun menjaga kekudusan dalam diri orang-orang terdekat, misalnya anak-anak Anda. Jagalah kekudusan diri dan pasangan Anda.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana pandangan Anda selama ini tentang seks? Bagaimana konsep kesatuan Kristus dan gereja menolong Anda memahami tentang seks?
  • Selain seks, apakah ada hal-hal lain yang Anda kategorikan sebagai “sekuler”? Apa itu?