Bagaimana Mengalahkan Monster?
1 Samuel 21:1-15
Daud memperhatikan perkataan itu, dan dia menjadi takut sekali kepada Akhis, raja kota Gat itu.
- 1 Samuel 21:12
Aktor Anjasmara pernah memerankan sosok Cecep dalam sinetron berjudul Si Cecep. Sinetron ini berkisah tentang seorang yang mengalami keterbelakangan mental, tetapi baik hati. Akting Anjasmara dipuji-puji dalam film tersebut.
Jika Daud hidup pada masa kini, saya yakin Anjasmara lewat! Akting Daud lebih hebat, sampai-sampai Raja Akhis pun terkecoh. Sayangnya, Daud berakting pada saat yang tidak tepat dan dilandasi motivasi yang tidak tepat. Daud tahu bahwa semakin hari Saul semakin membencinya. Saul terus mencari cara untuk mengenyahkannya. Jika tidak pintar-pintar bersembunyi dan melarikan diri, suatu hari pasti Saul akan berhasil membunuhnya. Perikop 1 Samuel 21 menandai permulaan kisah pelarian Daud. Setelah mengelabui Imam Ahimelekh di Nob, ia melanjutkan pelariannya ke Gat, wilayah orang Filistin. Tentu Daud berpikir Saul tidak akan mencarinya di sana. Ini strategi cerdas sekaligus berbahaya. Gat adalah kota asal Goliat. Ibarat masuk ke sarang macan. Dan benar, Daud ketahuan. Ia berhasil dikenali. Orang-orang Filistin mengutip nyanyian orang Israel yang memuji-muji Daud, “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa?” Nyanyian yang dulu terdengar merdu di telinga Daud sekarang menjadi seperti mimpi buruk baginya. Ia sangat ketakutan. Daud tidak melihat jalan lain kecuali berakting. Aktingnya berhasil mengelabui Raja Akhis, tetapi ini menunjukkan sisi lemah Daud.
Ketakutan bisa membuat seseorang melakukan apa saja. Ketakutan bisa membuat orang melupakan bahkan melanggar prinsip atau keyakinan yang selama ini dipegangnya. Bahkan ketakutan bisa membuat orang kehilangan iman. Memang, everybody has a monster inside. Setiap orang punya hal yang ditakuti. Saya tidak ingin meremehkan ketakutan yang mungkin Anda sedang hadapi saat ini. Yang patut kita renungkan adalah bagaimana menghadapi ketakutan tersebut. Apakah kita menempuh cara apa pun agar bisa mengatasinya? Tak peduli cara itu benar atau salah, sesuai firman Tuhan atau tidak, memberikan kesaksian yang baik atau tidak, pokoknya ketakutan itu harus enyah, harus lenyap. Kelak di kemudian hari, Daud menyadari kesalahannya dan menulis Mazmur 56:4 yang berbunyi, “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu.”
Refleksi Diri:
- Apa yang biasanya Anda lakukan ketika menghadapi ketakutan?
- Apakah Anda sudah belajar memercayai kuasa Tuhan Yesus yang mampu mengatasi ketakutan yang Anda rasakan?