Bagikan artikel ini :

Bebas tapi menghamba

1 Korintus 9:19-23

Sungguh pun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
- 1 Korintus 9:19

Rasul Paulus sedang bicara dengan gaya bahasa paradoks. Ia seolah-olah sedang mempertentangkan dua hal. Namun kedua hal yang dipertentangkan itu sebenarnya tidak bertentangan. Dalam hal ini, yang dipertentangkannya adalah hamba dan orang merdeka. Ia mengatakan bahwa dirinya orang merdeka. Ia tidak diperhamba oleh siapa pun. Namun ia memutuskan untuk menjadi hamba dari semua orang. Ini pilihan yang diambilnya dengan lega dan rela. Tujuannya adalah “supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang” (ay. 19).

Menjadi hamba bukanlah panggilan yang mudah. Secara rasional, tidak ada orang yang mau menjadi hamba karena menjadi hamba identik dengan menjadi susah. Namun, Paulus memilih jalan itu karena tujuan yang ingin dicapainya jauh lebih mulia daripada kesusahan yang ditanggungnya. Kebahagiaan yang akan dirasakannya jauh lebih tinggi daripada penderitaan yang dialaminya. Kebahagiaan melihat orang-orang yang diselamatkan Allah melalui kesaksian hidupnya.

Dalam hal apa Rasul Paulus menjadi hamba? Dalam kebiasaan atau cara hidupnya. Ia tidak mempraktikkan cara hidup yang menyinggung perasaan orang lain. Misalnya, ia tidak makan makanan yang sudah dipersembahkan berhala di hadapan orang-orang yang lemah imannya. Ia ikut menjalankan tradisi orang Yahudi sejauh tradisi itu tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Dengan kata lain, dirinya beradaptasi dengan situasi dan lingkungan tetapi tidak berkompromi dalam hal keyakinan imannya. Rasul Paulus tidak mau berdebat dalam hal yang tidak prinsip. Ia tidak mau bersikap menang-menangan. Dalam hal inilah Paulus menunjukkan sikap penyangkalan diri yang besar.

Sebagai orang Kristen, kita adalah orang-orang bebas. Merdeka di dalam Kristus. Kita tidak lagi terikat pada aturan tetek bengek agama atau tradisi. Namun, ada saatnya kita harus mengalah. Mengalah dengan membatasi diri dalam mempratikkan kebebasan kita di depan orang-orang yang belum seiman atau lemah iman.

Biarlah melalui penundukan diri kita sebagai hamba, dalam sikap, tingkah laku, dan cara hidup, banyak orang yang belum mengenal Kristus bisa dimenangkan di dalam-Nya. Ingat, kita dipanggil untuk menjadi hamba Tuhan Yesus Kristus, bukannya hamba atas keinginan untuk diterima atau dihargai oleh sesama.

Refleksi Diri:

  • Dalam hal apa Anda harus menjadi hamba bagi orang lain? Apakah itu sesuaidengan iman Kristiani Anda?
  • Apa yang menyulitkan Anda untuk tunduk sebagai hamba, seperti yang dilakukan Tuhan Yesus?