Berangkat dari suatu kebutuhan
Markus 1:35-39; Filipi 4:6-7
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Tuhan Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.
- Markus 1:35
Kata “pagi-pagi benar” membuat saya merenungkan kembali, apa prioritas utama dalam hidup seorang percaya? Apakah penginjilan, pelayanan atau berkhotbah? Bukan, bukan, bukan.. Prioritas utama kita adalah doa. “Kita selalu doa kok, Bu.. Mau cari kerja, cari jodoh, cari sekolah, semua kita dahului dengan doa.” Ya, kita memang berdoa tapi perhatikan perikop di atas bagaimana Tuhan Yesus berdoa. Yesus berdoa karena suatu kebutuhan, sementara kita berdoa karena ada kebutuhan.
Kedua hal tersebut sungguh jauh berbeda. Yang satu berangkat dari motivasi yang tulus sementara yang lain ada modus (motivasi terselubung). Doa Yesus berangkat dari dari satu kebutuhan, sementara doa-doa kita karena ada keinginan.
Doa merupakan sebuah relasi, bukan basa-basi. Doa juga mewakili intimasi bukan transaksi. Sepatutnya doa menjadi suatu kebutuhan dan menjadi prioritas bagi orang percaya saat bangun pagi. Namun, kita terkadang rancu dengan konsep pagi-pagi. Orangtua dulu suka bilang, “Hayo bangun pagi, jangan kesiangan...nanti rezekimu dipatok ayam.” Tujuannya bangun pagi supaya dapat rezeki.
Suatu pagi anak kami bangun pagi-pagi sekali, padahal hari itu adalah hari libur. Selepas bangun ia lantas berkata, “Hayu sarapan pagi di McD.” Lho?! Ini masih pagi! Dengan santainya ia menyahut, “Katanya bangun pagi biar dapat rezeki. Ini sekarang aku bangun pagi biar dapat rezeki makan pagi.”
Cerita lucu anak saya ini bisa dibilang mewakili perilaku kita dalam berdoa. Kita sengaja bangun pagi-pagi untuk berdoa. Tapi motivasi kita bangun pagi dan berdoa, bukan untuk berkomunikasi dan membangun kedekatan dengan Tuhan.
Kita bangun pagi untuk mulai membacakan daftar keinginan-keinginan kita yang belum terwujud. Doa kita menjadi dingin karena tidak ada kedekatan, yang ada hanya meminta dan menuntut Tuhan mengabulkan keinginan kita. Hayoo, ngaku pasti kita pernah melakukannya.
Marilah kita membangun kebiasaan doa yang sehat. Doa yang bukan hanya sekadar menuuuntut.. melulu. Melainkan doa yang berangkat dari kerinduan untuk dekat kepada Tuhan Yesus. Jika keinginan kita ternyata belum terwujud, yakinlah Yesus punya rencana lebih baik atas permohonan Anda.
Refleksi Diri:
- Bagaimana doa Anda selama ini? Apakah dibangun atas dasar kebutuhan atau keinginan?
- Komitmen apa yang akan Anda ambil untuk membangun kebiasaan doa yang sehat?