Bagikan artikel ini :

Berapa Lama Lagi?

Mazmur 13

Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu.
- Mazmur 13:6a

Ketika seseorang berseru, “Berapa lama lagi?” maka pertanyaan itu bisa memiliki dua kemungkinan. Pertama, orang itu tidak sabar. Orang tersebut ingin kehendaknya segera terpenuhi. Ia tidak mau penundaan. Kedua, orang itu ada dalam situasi yang kritis. Ia tidak lagi tahan menderita. Keadaannya akan fatal jika ia menunggu lebih lama lagi. Ia butuh pertolongan segera. Pemazmur berada dalam kondisi yang kedua. Ia berada dalam kondisi kritis, sedih, putus asa, dan butuh pertolongan segera. Itu sebabnya ia berseru kepada Allah, sampai tiga kali bertanya hal yang sama, “Berapa lama lagi?”

Saya percaya banyak di antara kita bertanya hal yang sama, “Berapa lama lagi ya, Tuhan?” Berapa lama lagi kesulitan ekonomi ini teratasi? Berapa lama lagi penyakit saya akan sembuh? Ayat 3a tertulis, “Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku”, dapat diterjemahkan, “Berapa lama lagi aku harus mencari nasihat dalam diriku?” Artinya, ia sudah berusaha berulang kali untuk mengatasi masalahnya, tetapi terus gagal.

Pertanyaan itu bisa membuat kita bertanya-tanya tentang kasih Tuhan sebagaimana diungkapkan pemazmur, “Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?” (ay. 2b). Jika Allah menyembunyikan wajah-Nya, berarti Dia tidak lagi mencurahkan berkat-Nya (bdk. Bil. 6:25-26). Apakah Tuhan sedang menahan berkat-Nya?

Dalam keadaan seperti demikian, ada orang yang menyalahkan Tuhan, “Mengapa Tuhan biarkan ini terjadi pada saya?” Ada pula yang meninggalkan Tuhan. Namun, yang dilakukan pemazmur berbeda. Ia tidak kehilangan iman. Malahan memohon kepada Tuhan agar segera menolongnya (ay. 4-5). Inilah tindakan iman. Sekalipun kita tidak tahu kapan Tuhan menjawab dan bagaimana Dia akan menjawab, kita tetap berseru kepada-Nya. Hal itu didasari keyakinan bahwa Allah tidak melupakannya (ay. 6).

Saudaraku, kita punya Tuhan Yesus yang penuh kasih setia. Dia adalah Allah yang tidak pernah melupakan. Sekalipun kita sedang menghadapi keadaan yang buruk, sekalipun merasa Allah begitu jauh, tetapi kita harus tetap menaruh kepercayaan kepada Tuhan Yesus, bahkan berseru lebih nyaring lagi kepada-Nya.

Refleksi diri:

  • Apa situasi kritis yang pernah membuat Anda begitu putus asa? Bagaimana respons Anda saat menantikan pertolongan Tuhan?
  • Apakah dalam situasi tersebut Anda tetap menaruh iman dan berseru terus kepada Tuhan Yesus?