Bagikan artikel ini :

Berhenti Sejenak

Kejadian 2:1-3

Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
- Kejadian 2:3

Sebagai anak-anak Tuhan, kita menyatakan rasa syukur kepada-Nya dengan setia beribadah, terutama di hari Minggu. Namun, mengapa masih ada sebagian kita yang tidak beribadah? Alasannya berbagai macam. Terlebih pada masa pandemi, lebih banyak lagi anak Tuhan yang tidak beribadah secara online dengan alasan tidak nyaman atau kurang hikmat jika melakukannya dari rumah saja. Permasalahannya: apakah ibadah bergantung pada tempat dan cara kita beribadah? Apa esensi dari ibadah?

Kejadian 2:1-3 ini menjadi dasar mengapa kita perlu beribadah kepada Tuhan. Ayat ini menyampaikan bahwa ketika Allah selesai menciptakan langit, bumi, dan segala isinya, Dia berhenti dari segala pekerjaan-Nya. Menarik bahwa kata “berhenti” memakai kata asli shabath, yang berarti istirahat. Maksud istirahat di sini bukan karena Allah kelelahan seperti manusia, tetapi karena Dia ingin menikmati hasil karya cipta-Nya sendiri.

Apa yang dilakukan Allah pada hari ketujuh atau hari Sabat? Pertama, memberkati hari ketujuh. Allah berkenan memberkati hari ketujuh dan rindu memberkati setiap kita yang beribadah kepada-Nya. Karena itu di kebaktian Minggu atau ibadah lainnya, pasti di akhir ibadah ditutup dengan doa berkat, dimana Allah berjanji memberkati setiap kita yang mencari Dia dan setia beribadah kepada-Nya.

Kedua, menguduskan hari ketujuh. Kata “menguduskan” berasal dari kata asli qadosh, yang berarti mengkhususkan, menguduskan atau memberikan secara khusus untuk kekudusan. Jadi Allah telah menguduskan atau mengkhususkan hari Sabat, berkenan untuk menemui ciptaan-Nya dan menikmati persekutuan dengan ciptaan-Nya.

Saudara-saudaraku yang terkasih, melihat kerinduan Allah bersekutu dan menikmati segala hasil karya-Nya, kita pun sebagai anak Tuhan seharusnya memiliki kerinduan yang sama. Pada hari Sabat, hari perhentian, marilah kita datang ke hadirat Tuhan Yesus dan menikmati persekutuan dengan-Nya. Milikilah hati yang mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, meskipun tidak di gedung gereja yang bagus dan nyaman atau pujiannya dengan keterbatasan fasilitas, kita seharusnya bisa menikmati ibadah dan persekutuan bersama-Nya. Saat kita mengkhususkan hari Sabat dengan beribadah kepada Tuhan Yesus, menikmati firman-Nya, dan memuji kebesaran-Nya dengan hati bersukacita, maka Dia rindu memberkati kita yang sungguh mencari diri-Nya.

Refleksi diri:

  • Bagaimana kerinduan Anda untuk beribadah di tengah situasi yang tidak mendukung? Apa motivasi Anda datang beribadah?
  • Apa yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesetiaan dan kerinduan dalam beribadah?