Bagikan artikel ini :

Bitter Or Better

Kejadian 45:1-13

Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena
kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh
aku mendahului kamu.
- Kejadian 45:5

Seorang ibu lanjut usia menceritakan pahitnya hidup di masa mudanya. Ia pahit terhadap orangtuanya karena tidak memperlakukan dirinya seperti saudara-saudaranya. Ia juga pahit terhadap suaminya. Bayang-bayang kepahitan selalu menghantui dan menekannya di kala sulit. Saat dikuasai kepahitan, hidup yang dijalani akan terasa lebih berat. Padahal kenyataan hidup yang pahit (bitter) jika dipandang dalam rancangan Tuhan maka bisa dilihat dengan lebih baik (better).

Yusuf juga bisa saja merasakan pahit ketika masa mudanya terenggut karena penderitaan akibat saudara-saudaranya. Yusuf bisa saja hidup dalam kepahitan terus menerus tetapi ia melihat jalan hidupnya—termasuk kepahitan—adalah rangkaian rancangan Tuhan yang jauh lebih baik. Yusuf mengerti sekali saudaranya berbuat jahat kepadanya, ia bahkan sampai dua kali menyatakan bahwa mereka sudah menjual dirinya (ay. 4-5). Alih-alih membalas dendam, Yusuf malah menghiburkan saudara-saudaranya, ia mencabut vonis rasa bersalah di dalam diri mereka (ay. 5, 15). Dalam kesempatan dan kemampuan terbesar untuk membalas dendam, Yusuf memberikan pengampunan. Kenyataan pahit bisa dialami siapa pun tetapi melihat dari sudut pandang rancangan Tuhan akan memberikan respons yang berbeda.

Yusuf mengerti dan memahami bahwa semua peristiwa pahit yang dialaminya ada di dalam rencana Tuhan. Ia menekankan hal itu sampai empat kali: “Allah telah menyuruh aku mendahului kamu” (ay. 5) atau kalimat-kalimat senada lainnya (ay. 7-9). Yusuf tidak memandang dirinya sebagai korban melainkan utusan Tuhan yang dipakai oleh-Nya untuk menyelamatkan umat Tuhan dari penderitaan kelaparan. Akibatnya, Yusuf dapat berkarya dengan sangat baik. Apa yang Tuhan percayakan kepadanya, dikerjakan dengan sangat baik (ay. 6, 10-11). Tuhan Yesus sendiri melalui kematian dan kebangkitan-Nya, menjamin hidup kita tidak akan menerima hal terpahit, yaitu penghukuman kekal. Yesus sudah menanggung hal terpahit supaya hidup kita menjadi manis.

Bagi Anda yang sering merasa hidup ini begitu pahit, ingatlah Tuhan sudah membuatnya manis bagi Anda. Memori tentang luka-luka tersebut mungkin masih membekas sampai hari ini tetapi Anda disayang Tuhan, tidak pernah ditinggalkan-Nya. Yesus mau Anda menjalani hidup dengan iman dan pengharapan kepada-Nya. Mari tinggalkan kepahitan (bitter) supaya Anda dapat berkarya lebih baik (better) di dalam Tuhan Yesus.

Refleksi Diri:

  • Apa kepahitan yang terus membayangi Anda sampai hari ini?
  • Apa yang mau Anda lakukan agar tidak terjebak terus di dalam kepahitan?