Bagikan artikel ini :

Bolehkah Minta Tanda?

Hakim-hakim 6:36-40

Berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.”
- Hakim-hakim 6:16

Dalam Hakim-Hakim 6, diceritakan tentang panggilan Tuhan kepada Gideon untuk memimpin bangsa Israel melawan bangsa Midian. Gideon tidak langsung menerima panggilan itu tetapi bernegosiasi dengan malaikat Tuhan. Ia meminta tanda, sampai dua kali. Dikabulkan! Peristiwa ini menjadi pedoman bagi sebagian orang Kristen untuk mencari kehendak Tuhan dengan minta tanda. Apakah kita boleh meminta tanda dalam mencari kehendak Tuhan?

Pertama, peristiwa ini sebenarnya bukan peristiwa mencari kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan bagi Gideon sudah jelas. Janji Tuhan sudah jelas. Hasilnya pun sudah Tuhan beritahu sejak awal. Yang Gideon perlu lakukan adalah percaya dan taat. Akan tetapi, Gideon ragu sehingga ia meminta tanda untuk penegasan. Tindakan Gideon bukanlah tindakan iman. Sebelum peristiwa minta tanda itu pun sebenarnya Tuhan sudah memberi tanda, yaitu api dari langit yang menghanguskan roti dan daging (Hak 6:21). Masalahnya adalah Gideon seorang yang peragu dan punya sikap keras hati.

Kedua, Gideon tahu bahwa perbuatannya tidak benar. Setelah tanda pertama, ia meminta tanda kedua dengan mengatakan, “Janganlah kiranya murka-Mu bangkit terhadap aku, apabila aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun” (ay. 39). Kalau ia yakin permintaannya benar, mengapa ia takut Allah murka?

Tuhan sanggup menyatakan kehendak-Nya dengan cara ajaib, memberikan tanda misalnya. Akan tetapi bukan berarti Tuhan pasti melakukan mukjizat atau tanda yang kita minta. Tidak semua orang sakit pada masa Tuhan Yesus di dunia ini disembuhkan-Nya. Iman adalah satu hal, sedangkan kehendak Tuhan adalah hal lain. Dalam hal mencari kehendak Tuhan pun demikian. Tuhan memberi kita akal budi, hikmat, dan firman-Nya yang tertulis. Ditambah lagi melalui penguatan dari orang-orang percaya lainnya di sekitar kita. Semua itu cukup bagi kita untuk menemukan pimpinan dan kehendak-Nya atas hidup kita. Tak perlu lagi minta tanda. Yang jelas, kehendak Tuhan tidak bertentangan dengan akal sehat, moralitas, dan kebenaran-Nya.

Refleksi diri:

  • Bagaimana iman percaya Anda kepada Yesus? Apakah lebih pada menuruti keinginan hati atau kehendak Allah?
  • Apa yang ingin Anda lakukan untuk menguatkan iman percaya Anda kepada Tuhan?