Bagikan artikel ini :

Bukan Agama Lahiriah

Galatia 4:1-11

Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.
- Galatia 4:10

Ada berbagai alasan orang pergi beribadah ke gereja. Beberapa orang mengatakan, “Gimana ya, kalau nggak ke gereja, rasanya hati nggak tenang.” Yang lain berpendapat, “Itu sudah kewajiban orang Kristen.” Ada lagi, “Saya kangen dengan teman-teman.”

Apa pun alasannya, kita harus memahami hakikat iman Kristen bukanlah melaksanakan ritus atau upacara keagamaan. Seolah kalau sudah melakukan ritus maka tugas kita kepada Tuhan selesai. Dalam kekristenan, sangat sedikit sekali perintah untuk melakukan ritus keagamaan karena hakikat iman adalah relasi hati kita dengan hati Tuhan. Ritus keagamaan hanyalah sebatas cara untuk mendekat kepada Tuhan.

Dalam Galatia 4, Rasul Paulus menegur jemaat Galatia yang percaya kepada Injil plus, yang tidak murni. Injil yang mewajibkan orang Kristen untuk menaati hukum Taurat dan ritus-ritus agama. Paulus menjelaskan bahwa status mereka sudah bukan lagi hamba hukum Taurat, tetapi anak Allah. “Kok mau-maunya kalian menghambakan diri kembali pada ‘roh-roh dunia yang lemah dan miskin’”? (bdk. Gal 4:9). Mengapa kalian mau turun derajat? Mengapa iman atau keyakinan kalian menjadi sekadar iman lahiriah? Mengapa kalian sibuk dengan “memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun”? Apakah dengan berbuat seperti itu kalian merasa sudah beriman? Mengapa kalian tidak mengutamakan persekutuan yang intim, hangat, dan bebas seperti seorang anak dengan ayahnya?

Mari kita mengevaluasi kehidupan rohani kita. Apakah kita masih beribadah karena alasan kewajiban, kebiasaan atau tradisi? Kita berdoa karena sudah terbiasa sejak lama? Kita membaca Alkitab karena diharuskan orangtua ketika masih kecil? Kita memberi persembahan karena janji diberkati berkali lipat? Apakah dengan menunaikan semua kewajiban itu kita merasa sudah menjadi orang Kristen yang berkenan kepada Allah? Ibadah di gereja, membaca Alkitab, berdoa, memberi persembahan dan lainnya adalah hal yang baik dan bermanfaat tetapi hakikat iman Kristen bukan menunaikan kewajiban agama. Hakikat iman Kristen adalah persekutuan hangat dan erat dengan Tuhan Yesus. Tradisi hanyalah sarana untuk membawa kita pada persekutuan indah tersebut.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda setuju atau tidak dengan pernyataan ini: tradisi atau kewajiban agama adalah hal yang baik, tetapi bukan hakikat iman Kristen? Mengapa?
  • Bagaimana orang Kristen seharusnya bersikap terhadap tradisi atau kewajiban agama?