Bukan Sembarang Pekerja (1)
2 Timotius 2:14-26
Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.
- 2 Timotius 2:15
Jika ditanya bagaimana kehidupan Anda sebagai seorang Kristen? Mungkin sebagian besar akan menjawab semuanya OK kok, berjalan baik-baik saja, tidak ada masalah. Beribadah sudah, berdoa rutin, saat teduh yah sekali-kali bolong, nggak ada yang salah kan? Hari ini mari kita memikirkan kembali jalan kita sebagai anak-anak Tuhan, apakah hanya itu yang Tuhan kehendaki dari hidup kita?
Rasul Paulus menulis suratnya kepada Timotius pada ayat di atas, menggambarkan dirinya sebagai seorang pekerja Kristus. Bagaimana ciri-ciri seorang pekerja Kristus? Hari ini kita membahas ciri yang pertama terlebih dahulu.
Ciri pertama, memberikan yang terbaik bukan yang terburuk. Paulus mengingatkan kepada Timotius supaya “engkau layak di hadapan Tuhan” atau dengan kata lain Timotius harus memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Bukan memberikan setengah-setengah atau asal-asalan, tetapi hidupnya yang terbaik harus diberikan kepada Tuhan Yesus. Apa yang Yesus percayakan kepadanya haruslah dipakai dengan maksimal untuk memuliakan Tuhan. Pasti ada tantangan tetapi jangan pernah berhenti, tetap harus memberikan yang terbaik. Timotius harus mempertanggungjawabkan kehidupannya di hadapan Tuhan, begitu juga dengan semua kita. Ingatlah, yang menilai hidup kita adalah Tuhan sendiri, orang-orang bisa salah menilai kita tetapi Tuhan tidak pernah salah. Tuhan mau kita tidak meremehkan anugerah keselamatan tetapi sungguh mensyukurinya dengan hidup memberikan yang terbaik.
Kita pasti sering menemui orang-orang yang kehidupannya berjalan baik-baik saja. Banyak kesempatan diberikan kepadanya dan tubuh pun masih sehat, tetapi tidak pernah memberikan hidupnya untuk Tuhan. Betapa sayangnya yah.. Memberikan yang terbaik untuk Tuhan artinya keseluruhan hidup kita diberikan kepada Tuhan. Saat bekerja kita bekerja untuk Tuhan. Saat hidup dalam pernikahan kita mempersembahkan pernikahan untuk Tuhan. Saat melayani Tuhan kita tidak mencari kepentingan sendiri tetapi sepenuhnya untuk Tuhan.
Nah.. sudah seberapa maksimal Anda memberikan hidup untuk Tuhan? Jika Tuhan Yesus saja sudah memberikan seluruh hidup-Nya untuk kita, bahkan sampai menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib, apakah kita mau memberikan hidup kita seadanya saja?
Refleksi diri:
- Apakah Anda sudah memberikan yang terbaik kepada Tuhan? Mengapa demikian?
- Apa komitmen Anda untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan?