Bagikan artikel ini :

Darah Lebih Kental Dari Air

Obaja 1:8-14

Janganlah memandang rendah saudaramu, pada hari kemalangannya,
- Obaja 1:12a

Judul di atas adalah kutipan yang seringkali kita dengar. Namun kata orang, ini bukanlah kutipan yang asli. Kutipan yang asli berbunyi, “Darah perjanjian lebih kental daripada air ketuban.” Artinya, ikatan persahabatan atau cinta yang didasari komitmen lebih kental daripada ikatan persaudaraan. Entahlah mana kutipan yang asli. Yang penting bagi kita orang Kristen adalah apa kata Alkitab. Kita sudah sering mendengar tentang saudara seiman. Masalahnya, bagaimana dengan saudara sedarah, apalagi jika saudara sedarah kita bukan saudara seiman?

Bagian ini menceritakan alasan penghakiman Tuhan atas Edom. Pada saat itu, Yehuda baru saja dihancurkan oleh Babel. Penduduknya dibuang ke Babel. Bukannya menolong, Edom justru menyerang dan menjarah tawanan-tawanan ini. Dengan kata lain, mereka memanfaatkan waktu kesusahan saudara mereka untuk keuntungan sendiri. Mereka menyoraki kemenangan Babel atas saudara kandung mereka sendiri.

Jika kita bandingkan dengan dosa bangsa-bangsa asing yang tertulis dalam kitab Amos, dosa Edom yang satu ini kelihatannya tidak besar. Namun, dosa itu besar di mata Tuhan karena Esau, leluhur mereka, adalah saudara dari leluhur Israel, yakni Yakub! Lebih jahat ketika kita menghina saudara sendiri daripada orang lain karena Tuhan sangat menghargai persaudaraan, bahkan persaudaraan kepada mereka yang bukan orang percaya. Inilah sebabnya Tuhan melarang keras orang-orang Israel merebut pegunungan Seir yang menjadi tempat tinggal keturunan Esau (Ul. 2:4-5).

Sayang sekali kisah Israel dan Edom berakhir dengan sad ending. Edom hancur dan tidak ada lagi, sementara Israel dibuang dan tercerai-berai ke bangsa-bangsa. Beda sekali dengan akhir cerita bapa-bapa leluhurnya, yakni Yakub dan Esau. Kedua saudara kandung itu berdamai kembali (Kej. 33). Terlepas dari apakah Esau diselamatkan, kita melihat bahwa inilah yang Tuhan kehendaki. Hubungan persaudaraan yang sempat rusak kini terjalin kembali.

Ingatlah, Tuhan Yesus memberi Anda saudara kandung sebelum Dia memberi Anda saudara seiman. Jadi, tetap yang terlebih dulu seharusnya adalah saudara kandung Anda, terlepas seberapa buruk hubungan kita dengannya. Biarlah Yesus yang menjaga dan memelihara relasi persaudaraan Anda. Amin.

Refleksi diri:

  • Hal-hal apa yang memicu konflik Anda dengan saudara kandung? Kasih sayang orangtua? Persaingan nilai? Bisnis? Warisan? Perbedaan agama?
  • Apa upaya Anda untuk memulai rekonsiliasi dengan saudara sekandung yang kepadanya Anda berselisih/berbeda pendapat?