Bagikan artikel ini :

Dibayar Di Muka

Zakharia 8:14-17

Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
- 1 Korintus 7:23

Saya pernah mendengar perkataan seperti ini, “Di zaman Perjanjian Lama, kita bekerja dahulu enam hari, baru hari ketujuh kita diberi Sabat. Di Perjanjian Baru, kita diberi Sabat di hari pertama, baru kita bekerja enam hari.” Pernyataan ini merujuk kepada Sabat zaman PL yang diadakan Sabtu dan Sabat zaman PB di hari Minggu. Artinya jelas, di zaman PB, kita diberi anugerah dahulu, baru kita mengerjakan keselamatan.

Namun, sebenarnya konsep diberi anugerah di muka juga ada di PL, misalnya di bagian yang baru saja kita baca. Pada ayat 14-15, Tuhan memberitakan anugerah dahulu kepada umat-Nya. Baru sesudah berita anugerah, Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya di ayat 16-17.

Pola seperti ini sudah ada, bahkan sejak di Kitab Keluaran. Tuhan membebaskan umat-Nya dari perbudakan Mesir, baru sesudah itu Dia memberikan hukum-hukum-Nya di Sinai. Meski aneh, memang inilah cara kerja Tuhan. Tuhan beranugerah dahulu kepada umat-Nya sebelum menuntut mereka. Inilah mengapa anugerah Tuhan dikatakan tidak bersyarat (unconditional).

Di hari sebelumnya kita belajar bahwa kita harus mengerjakan keselamatan kita, justru karena Tuhan terlebih dahulu beranugerah kepada setiap kita. Hari ini, kita belajar lebih detail tentang hukum-hukum yang Tuhan berikan untuk kita lakukan.

Pertama, Tuhan menghendaki kita berkata jujur (ay. 16a). Kedua, Tuhan menghendaki kita melaksanakan hukum yang benar yang mendatangkan damai di pintu-pintu gerbang (ay. 16b). Apa maksdunya? Pintu-pintu gerbang di masa itu adalah tempat para tua-tua ditemui untuk dimintai nasihat dan wejangan. Dengan kata lain, Tuhan ingin menghendaki kita menjadi orang yang berhikmat dan tahu membangun hubungan sosial yang baik. Ketiga, Tuhan juga ingin kita menjadi orang yang tulus (ay. 17a). Pandai bergaul tidak seharusnya membuat kita menjadi pribadi yang hanya suka memanfaatkan orang lain. Terakhir, Tuhan ingin kita menjadi orang-orang yang menepati janji (ay. 17b).

Jujur, berhikmat, tulus, dan dapat dipercaya. Semua orang tahu, tetapi tentu sulit dilakukan. Ya sudahlah kalau orang lain tidak sungguh-sungguh menerapkannya. Namun, kita yang sudah menerima anugerah di muka, tidak ada alasan bagi kita untuk mengabaikannya!

Refleksi Diri:

  • Apakah orang lain mengenal Anda sebagai pribadi yang jujur, berhikmat, tulus, dan dapat dipercaya, selama perjalanan hidup Anda sebagai orang Kristen?
  • Apa karakter Anda yang paling kuat dan lemah dari keempat karakter disebutkan di atas? Bagaimana upaya Anda memperbaiki yang lemah?