Bagikan artikel ini :

Dibungkus Lampin

Lukas 2:1-7

Dan inilah tandanya bagimu: kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring dalam palungan.
- Lukas 2:12

Bayi dibungkus dengan kain. Ini adalah hal yang sangat lumrah. Semua bayi pada masa itu (bahkan di Indonesia masa sekarang) dibungkus dengan lampin sesudah lahir. Jadi, kalau lampin adalah hal yang sangat biasa, mengapa Rasul Lukas sampai harus menuliskan fakta ini? Terlebih lagi, mengapa para malaikat di perikop selanjutnya mengatakan bahwa hal ini adalah suatu tanda? Sepenting apakah arti dibungkus dengan lampin?

Pada masa itu, orang yang melakukan perjalanan jauh dari satu kota ke kota lain banyak mengalami bahaya, entah perampok, binatang buas, badai pasir, dan sebagainya. Kita bisa melihat contohnya dalam perumpamaan orang Samaria yang murah hati. Jika seseorang sampai terbunuh di tengah jalan, tubuhnya tidak bisa dibawa melanjutkan perjalanan dan harus dikuburkan di sana. Untuk keperluan tersebut, mereka yang akan menempuh perjalanan jauh biasanya membebat pinggangnya dengan sehelai kain tipis tetapi lebar, seperti perban. Ketika seseorang meninggal di tengah jalan, yang lain akan membungkus mayatnya dengan kain ini.

Kain inilah yang digunakan untuk membungkus bayi Yesus. Entah karena keadaan yang darurat atau karena kepapaannya, Yusuf menggunakan kain yang ada di pinggangnya untuk membungkus Anaknya yang baru lahir, yang juga adalah Anak Allah. Coba bayangkan betapa frustrasinya Yusuf saat itu. Ia dipilih oleh Allah untuk menjadi ayah dunia bagi Anak-Nya dan Anak ini akan menjadi Raja Israel untuk selama-lamanya! Apakah ini yang terbaik yang bisa ia berikan? Kain yang fungsinya untuk menguburkan mayatnya jika mati di tengah jalan. Ayah macam apa ini? Tidakkah Allah akan kecewa memilihnya?

Tanpa sepengetahuan Yusuf saat itu, justru kain inilah yang menjadi tanda untuk para gembala dapat menemukan Sang Bayi. Bahkan, tanpa sepengetahuan Yusuf pula, ini menjadi suatu bayang-bayang yang akan terjadi pada Anaknya yang baru lahir tersebut. Bahwa 33,5 tahun kemudian, Sang Anak menjadi Raja yang mati untuk umat-Nya.

Mungkin seperti Yusuf, yang dapat Anda persembahkan kepada Tuhan Yesus di hari kelahiran-Nya, tidaklah terlihat berarti. Namun, percayalah bahwa Dia dapat mempergunakannya secara luar biasa.

Refleksi Diri:

  • Apa yang dapat Anda persembahkan kepada Tuhan di hari Natal?
  • Apakah komitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik? Apakah daya dan dana Anda dalam melayani Tuhan? Berdoalah agar Dia berkenan menerima dan memakai persembahan Anda.