Bagikan artikel ini :

Dukacita Karena Dosa

Matius 5:1-12

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
- Matius 5:4

Ketika membaca ayat di atas, bisa muncul beragam pertanyaan: apa yang Tuhan Yesus katakan ini tampaknya kok seperti bertentangan, yah? Mengapa orang yang berdukacita justru berbahagia? Bukankah kalau orang yang berbahagia adalah orang yang bersukacita? Apakah artinya kalau orang mau berbahagia harus melewati kedukaan terlebih dahulu? Apakah semua orang yang berdukacita adalah orang yang berbahagia? Apakah Yesus tidak salah ketika mengatakan hal ini?

Kata “dukacita” pada ayat tersebut adalah kata Yunani yang menggambarkan kesedihan yang sangat mendalam. Biasanya orang berdukacita langsung dikaitkan dengan kehilangan orang yang dikasihi untuk selama-lamanya. Namun, dukacita yang dimaksud adalah kesedihan yang sangat mendalam lebih dari kehilangan orang yang dikasihi, yaitu karena dosa.

Perhatikan, dukacita di sini tidak membawa pada kehancuran melainkan pada penghiburan. Daud pernah jatuh dalam dosa, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!” (Mzm. 32:1-2). Daud menyebutkan sampai dua kali kata “berbahagialah” karena diampuni pelanggarannya dan kesalahannya tidak diperhitungkan. Dosa menimbulkan dukacita yang sangat mendalam “tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” (Yes. 59:2). Dosa membuat kita terpisah dari sumber sukacita, yaitu Tuhan, dan tanpa ada hubungan dengan Tuhan kita mengalami kesedihan maksimal.

Daud mengalami betapa hancurnya dirinya ketika berbuat dosa, “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.” (Mzm. 32:3-4). Tidak ada satu orang pun yang dapat menyelesaikan dosanya sendiri. Ketika seseorang berdukacita karena dosanya, Tuhan Yesus memberikan penghiburan sejati bahwa Dia telah menebus dan mengampuni dosa-dosanya (1Yoh. 1:9).

Jaminan pengampunan dari Tuhan sungguh menghibur kita. Kita tidak lagi terpisahkan dari Tuhan. Kita yang penuh kotoran, menangis tidak berdaya, dihampiri Tuhan Yesus yang datang memeluk kita. Hanya Yesus yang dapat memberikan penghiburan. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

Refleksi diri:

  • Bagaimana perasaan Anda ketika jatuh dalam dosa? Apakah Anda berdukacita karena dosa-dosa Anda?
  • Ketika Anda mengakui dosa, apa arti penghiburan dari Tuhan Yesus bagi Anda?