Bagikan artikel ini :

Emosi atau akal budi?

Lukas 14:25-32

Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
- Lukas 14:28

Tuhan Yesus sedang berbicara kepada orang yang berduyun-duyung mengikuti-Nya. Mereka mengikuti Dia karena melihat mukjizat-mukjizat yang diperbuat-Nya. Alih-alih merasa senang atau bangga diikuti sekian banyak orang, Yesus mengangkat dua perumpamaan singkat. Yang satu tentang orang yang mendirikan menara dan yang lain tentang raja yang berperang melawan raja lain.
Kedua perumpamaan itu bermakna sama, yaitu pentingnya menghitung harga di dalam mengikut Dia. Dengan kata lain, Tuhan Yesus menekankan pentingnya akal budi, tidak semata-mata emosi.

Banyak orang mengikut Tuhan Yesus karena dorongan emosi semata-mata. Demi Tuhan Yesus, semua dilakukan. Padahal yang dilakukan itu justru bukan demi Tuhan tetapi demi pemimpin rohaninya. Apa kata pemimpin rohani diikuti, meskipun firman Tuhan tidak berkata demikian. Tuhan tentu senang dengan semangat kita, cinta yang menggebu-gebu, tetapi Tuhan ingin kita beriman tanpa mengabaikan akal budi.

Emosi adalah bagian dari diri kita. Tanpa emosi, manusia tidak bisa disebut manusia. Emosi sangat berguna bagi kita. Tanpa emosi, relasi kita dengan diri sendiri, sesama, dan Tuhan akan menjadi dingin dan kaku. Namun emosi harus diimbangi dengan akal budi. Ada saat-saat ketika emosi bisa sangat menguasai manusia, misalnya ketika sedang panik, lapar, kesepian atau kelelahan. Pada saat-saat seperti itu, kita harus lebih waspada lagi.

Beriman yang sehat adalah menyeimbangkan emosi dan akal budi. Oleh karena itu, kita harus sering-sering berhenti, berdiam diri, dan bertanya kepada diri sendiri: Apakah aku lakukan ini karena dorongan emosi atau karena dorongan Roh Kudus? Apakah yang aku lakukan sudah sesuai dengan firman Tuhan atau dengan perasaan hati? Rawatlah emosi dan akal budi Anda. Beri makanan yang sehat, yaitu firman Tuhan. Bergaul dengan orang-orang yang sehat akal budi dan emosinya. Ngomong-ngomong, apa Anda sudah ikut Care Group?

Refleksi Diri:

  • Seberapa imbang Anda menggunakan antara akal budi dan emosi dalam imam percaya Anda?
  • Apa yang Anda akan lakukan untuk memberi “makanan yang sehat” bagi akal budi dan emosi Anda?