Bagikan artikel ini :

F.O.B.O (1)

Pengkhotbah 11:4-5

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
- 1 Petrus 5:7

FOBO, kepanjangan dari fear of better option—secara literal berarti takut akan pilihan yang lebih baik—menggambarkan fenomena masa kini dimana justru dengan begitu banyaknya pilihan, bukannya hidup menjadi lebih bahagia, kita malah makin penuh kebimbangan dan ketakutan. Hal sesederhana membeli baju saja bisa membuat kita stres, “Bagaimana kalau ternyata nanti ada diskon?”; “Bagaimana kalau di toko lain ada yang lebih baik?”; “Bagaimana kalau dalam waktu dekat tren fashion sudah berganti?” dan banyak kekhawatiran lainnya. Tidak heran di zaman sekarang banyak anak muda yang bingung memilih jurusan kuliah atau tempat bekerja. Terlalu banyak pilihan.

Sebenarnya, fenomena ini sudah ada sejak zaman Raja Salomo. Pada ayat 4, ia menyaksikan orang-orang yang tidak bisa memutuskan kapan sebaiknya mulai bercocok tanam, “Bagaimana kalau ternyata besok lebih cerah?”; “Bagaimana kalau nanti hujan akan menggenangi sawah dan benih-benihku?” dan banyak kekhawatiran lainnya. Orang-orang yang tidak dapat mengambil keputusan seperti ini tidak akan mulai mengambil tindakan, bekerja, dan pada akhirnya tidak akan menuai hasil apa pun.

Di ayat berikutnya, Salomo mengatakan bahwa usaha memeras otak dan mempertimbangkan sekeras apa pun, tidak akan pernah membuat kita mengetahui masa depan. Kita tidak tahu apakah akan hujan atau cerah. Kita tidak tahu mana jurusan yang akan menghantarkan pada lapangan pekerjaan yang luas. Kita tidak tahu mana pekerjaan yang akan stabil di masa depan. Bahkan, kita tidak tahu apakah anak-anak kita pada akhirnya akan menjadi orang yang seperti apa.

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Salomo di ayat-ayat yang akan kita bahas di renungan selanjutnya akan memberikan tiga nasihat. Tetapi untuk hari ini, mari kita mulai dengan menyerahkan segala kekhawatiran kepada Tuhan, seperti yang dikatakan Rasul Petrus pada ayat emas. Ini juga yang menjadi tantangan Petrus ketika memutuskan apakah harus meninggalkan jala dan perahunya untuk berubah dari seorang penjala ikan menjadi penjala manusia dan mengikuti Tuhan Yesus (Mrk. 1:17). Jika Petrus tidak mengambil langkah pertama untuk mengikut Yesus, sampai akhir ia hanya akan menjadi seorang penjala ikan.

Ingat, kebebasan memilih adalah anugerah Tuhan. Jangan biarkan kebebasan tersebut malah melumpuhkan kita dengan kekhawatiran.

Refleksi Diri:

  • Apakah saat ini Anda sedang berada di persimpangan dan bingung harus mengambil keputusan? Bagaimana perasaan Anda? Apakah penuh dengan kekhawatiran?
  • Apakah Anda sudah membawa kekhawatiran tersebut kepada Tuhan Yesus? Bagaimana perasaan Anda sesudah berdoa?