Bagikan artikel ini :

Gembira Dan Tulus Hati

Kisah Para Rasul 2:41-47

Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
- Kisah Para Rasul 2:46b-47

Jemaat mula-mula menjalani kehidupan persekutuannya dengan gembira dan hati yang tulus. Filsuf Soren Kiekegaard menyatakan, ketulusan hati berfokus pada satu hal saja, tidak punya pikiran bercabang. Jemaat mula-mula hanya fokus kepada Allah ketika bersekutu bersama saudara seiman. Mereka tidak punya motivasi udang di balik batu, sikap yang berpura-pura atau berusaha memberikan impresi tertentu terhadap siapa pun.

Mereka juga selalu bergembira hati, menjalankan persekutuan dengan sukacita yang bersumber kepada Tuhan Yesus. Kegembiraan yang muncul dari hati yang berpaut kepada Tuhan akan menular kepada teman-teman sepelayanan, bahkan juga kepada orang-orang di luar komunitas mereka. Tak heran mereka disukai semua orang, bahkan dituliskan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Dari kehidupan jemaat mula-mula, kita bisa melihat pola inside-out, yaitu dari hati yang di dalam berpengaruh ke luar. Dalam buku, Emotionally Healthy Church, Peter Scazzero mengisahkan keadaan dirinya sebagai gembala yang ingin mengkhotbahkan pesan-pesan yang penuh kuasa dan pengurapan. “Fokus saya adalah ke atas (upward) dan keluar (outward), mengembangkan gereja, menjangkau orang bagi Kristus, membangkitkan para pemimpin, serta membeli gedung baru. Tetapi hubungan yang otentik dengan Kristus mengharuskan kita untuk juga melihat ke dalam, ke bayang-bayang, benteng-benteng pertahanan, serta ke kegelapan yang berada jauh di dalam jiwa kita. Menyerahkan diri dalam perjalanan yang di dalam (inward) dan di bawah (downward) ini sulit dan menyakitkan.”

Scazzero menganalogikannya dengan gunung es, dimana 90% adalah hal-hal tidak disadari yang berada di bawah permukaan. Hanya 10% merupakan hal-hal disadari yang ada di permukaan. Kapal Titanic tenggelam karena menabrak 90% bagian gunung es yang tidak terlihat. Banyak orang Kristen hidupnya hancur karena berbagai daya dan motivasi di bawah permukaan yang tidak konsisten sehingga muncul ketidaktulusan dan ketidakgembiraan.

Saudaraku, jalanilah hidup dengan hati tulus sambil memohonkan kegembiraan yang bersumber kepada Yesus. Niscaya Dia akan menambahkan kualitas dan kuantitas hidup di dalam pelayanan kita seperti yang dialami oleh jemaat mula-mula.

Refleksi Diri:

  • Apakah hidup Anda dipenuhi dengan kegembiraan dan ketulusan hati di hadapan Tuhan?
  • Apa dampak yang Anda rasakan di gereja saat Anda menunjukkan kegembiraan dan ketulusan hati?