Bagikan artikel ini :

Hadiah Yang Bikin Susah

Maleakhi 1:6-14

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
- Roma 12:1

Suatu kali saya mendapat pemberian sebuah handphone bekas. Menurut si pemberi, handphone tersebut baik-baik saja, hanya layarnya saja yang bermasalah. Karena saya tidak tahu apa-apa tentang gadget, saya pergi saja ke tempat servis. Siapa sangka ternyata harga layar baru jauh lebih mahal daripada handphone tersebut jika dijual.

Aneh memang. Kadang-kadang hadiah bisa bikin susah, khususnya yang cacat. Dan inilah yang dirasakan Tuhan saat menerima pemberian dari orang-orang Israel. Korban yang dipersembahkan Israel adalah korban cacat. Memang, Tuhan tidak perlu susah-susah ke tukang servis seperti saya, tapi poinnya adalah persembahan korban tersebut bukannya menyenangkan melainkan malah menyusahkan-Nya (ay. 13). Konteksnya pada zaman itu, yang memberi korban susah-susah menyiapkan pemberiannya, tapi yang menerima pun dibuat susah. Susah hatinya dan kecewa perasaan-Nya. Ruginya double untuk kedua pihak.

Mengapa korban yang cacat membuat Tuhan marah? Karena umat-Nya seyogyanya menghormati-Nya sebagai pemberi segala sesuatu. Tuhan yang telah melepaskan mereka dari penindasan di Mesir, memimpin dan memelihara perjalanan mereka di padang gurun, dan menuntun masuk ke Tanah Perjanjian. Tuhan yang telah memberikan yang terbaik bagi umat yang dikasihi-Nya. Naasnya, mereka memberi kepada bupati mereka lebih baik daripada yang mereka berikan kepada Tuhan (ay. 8). Jelas Tuhan marah.

Mungkin kita berdalih, “Ah, itu kan dulu? Sekarang kita tidak perlu lagi mempersembahankan binatang. Tidak mungkin kita akan memberikan sesuatu yang cacat.” Memang benar. Namun Rasul Paulus mengatakan bahwa diri kita-lah persembahan itu sekarang, bukan binatang. Masalahnya adalah apakah hidup kita merupakan persembahan yang cacat atau persembahan yang berkenan? Guru Sekolah Minggu saya sering menegur ketika saya
dan teman-teman saat masih kecil ketika ribut, “Kalian kalau ketemu Pak Presiden saja tidak akan ribut seperti itu!” Ada benarnya. Bukan hanya sikap ibadah tetapi sikap hidup kita sehari-hari. Jangan-jangan sikap hidup keseharian kita lebih cacat daripada binatang-binatang yang dipersembahkan orang Israel! Bukan hanya Anda dan saya. Tuhan pun bisa dibikin susah dengan hadiah-hadiah cacat.

Refleksi diri:

  • Apakah Anda sudah memberikan persembahan hidup yang berkenan bagi Tuhan?
  • Bagaimana Anda akan mengisi hidup Anda dengan hal-hal yang menjadi persembahan yang kudus dan menyenangkan hati Tuhan Yesus?