Bagikan artikel ini :

Hanya hamba

Lukas 1:27-38

Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
- Lukas 1:38

Jika Anda menjadi Maria, apa perasaan Anda ketika didatangi malaikat? Didatangi malaikat saja pastilah sudah menimbulkan perasaan tidak karuan, apalagi ketika mendengar malaikat menyampaikan pesan “istimewa” bagi seorang gadis yang masih sangat belia.

Malaikat mengatakan bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan anak melalui proses kehamilan yang ajaib, yaitu oleh pekerjaan Roh Kudus. Mengandung dan melahirkan bagi seorang gadis belia? Pada masa ketika masyarakat masih sangat konservatif, apalagi menyangkut wanita hamil di luar nikah? Sedangkan pada masa kini saja masih sering digunjingkan. Lalu siapa pula Roh Kudus itu?

Pemahaman orang pada masa itu tentang Roh Kudus masih sangat terbatas. Malaikat tidak memberi penjelasan panjang lebar tentang apa yang akan terjadi pada Maria. Malaikat juga tidak memberi petunjuk bagaimana Maria harus bersikap dan sebagainya. Dan Maria juga tidak banyak bertanya tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia hanya bertanya satu kali. Setelah mendapat jawaban, ia berespons dengan kalimat pendek, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Percaya kepada Tuhan dan memercayakan diri kepada Tuhan, itulah sikap Maria. Sikap ini juga seharusnya menjadi sikap kita. Hanya Tuhan-lah, Tuan atas hidup kita. Kita hanya hamba yang taat, apa pun yang diperintahkan Sang Tuan. Apa yang belum jelas, akan jelas kemudian tanpa perlu menuntut segalanya serba jelas sedari awal. Kekuatan untuk hidup akan tersedia hari lepas hari, tanpa menuntut kekuatan sepenuhnya tersedia sejak awal. Jika hidup kita jalani dengan sikap seorang hamba, maka hidup akan menjadi indah. Kita melepaskan diri dari menjadi tuan atas diri sendiri, merasa menguasai diri dan meraih prestasi tinggi, tetapi sekaligus menanggung segala beban yang seharusnya tidak perlu kita tanggung.

Di dalam perjuangan Anda ke puncak, hendaklah Anda mengambil waktu doa dan berkata, “Tuhan Yesus, aku ini hanya hamba-Mu. Jadilah kehendak-Mu atas hidupku.”

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sudah memiliki hati sebagai hamba dari Tuhan, bukannya tuan atas diri Anda sendiri?
  • Seberapa jauh Anda telah memercayakan hidup Anda kepada Tuhan Yesus? Sepenuhnya atau setengah-setengah?