Bagikan artikel ini :

Haus Akan Tuhan

Mazmur 42

Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
- Mazmur 42:3

Apakah ayat emas ini menggambarkan rasa haus Anda akan Tuhan? Jika benar demikian maka Anda patut berbesar hati dan bersyukur karena kehausan jiwa Anda merupakan tanda iman yang bertumbuh. Walaupun tidak selalu dapat dirasakan, tetapi setiap jiwa memiliki suatu kehausan. Sebab Tuhan tidak membuat kita merasa puas dengan keadaan kita yang sebenarnya.

Manusia yang belum bertobat, memiliki jiwa yang kosong tanpa Tuhan. Mereka terus mencari dan mengejar sesuatu yang dapat mengisi kekosongan jiwa. Entah itu berupa uang, kekuasaan, seks, harta, hobi, hiburan, dan sebagainya. Namun, mereka tidak dapat menemukan sesuatu yang dapat mengisi kekosongan hati mereka, kecuali Tuhan semata.

Pemazmur pernah merasakan haus akan Tuhan. Sebagaimana air, penting bagi kehidupan jasmaniah, demikianlah kehadiran Allah penting untuk kepuasan dan kepenuhan hidupnya. Orang percaya sejati akan merasakan haus akan Allah dalam hidup mereka, jika tidak berarti mati secara rohani. Jadi kita tidak boleh membiarkan hal apa pun mengurangi dan menghalangi kerinduan yang dalam akan Allah. Waspadalah terhadap kekhawatiran, usaha mengejar kesenangan duniawi, dosa-dosa, dan terlalu sedikit keinginan untuk mencari wajah-Nya melalui doa dan persekutuan dengan-Nya (Mrk. 4:19). Semua ini akan membuat jiwa kita kering dan layu.

Bagaimana cara memuaskan rasa haus akan Tuhan? Kita harus membaca dan merenungkan firman Tuhan. Selanjutnya berdoa agar keinginan akan hadirat Allah diperkuat, kasih kita akan manifestasi Roh Kudus semakin besar, serta hasrat kita untuk melihat kepenuhan Kerajaan Kristus dan kebenaran-Nya makin diperdalam. Kita akan berseru kepada-Nya siang dan malam dengan sepenuh hati seperti rusa yang merindukan sungai yang berair pada musim kemarau.

Allah berjanji akan memberkati kita yang selalu haus akan Dia dan kebenaran-Nya daripada puas dengan sesuatu yang bukan berkat Allah (Mat. 5:6). Bahkan meskipun di tengah-tengah diamnya Allah, kita harus terus maju untuk mengenal Allah dan mengalami-Nya. Kita tidak boleh berputus asa, tetapi harus berharap kepada Allah dan mengandalkan kasih karunia-Nya yang tidak pernah gagal (ay. 9-12).

Refleksi Diri:

  • Seberapa pentingkah Allah buat Anda dibandingkan hal-hal lainnya dalam hidup sehingga Anda haus akan Dia?
  • Apakah yang Anda lakukan untuk memuaskan rasa haus akan Allah?