Bagikan artikel ini :

Hidup berkeluarga anak-anak Tuhan

1 Samuel 8:1-6

… tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”
- Roma 8:15b

Kadang kala pergumulan keluarga merupakan sebuah misteri yang besar. Ada orangtua yang hidupnya hancur, tidak bisa jadi teladan tetapi anak-anaknya malah hidup dalam takut akan Tuhan. Atau sebaliknya ada orangtua yang hidupnya sungguh takut akan Tuhan tetapi anak-anaknya malah hidup jauh dari Tuhan.

Samuel pasti berharap anak-anaknya mengikuti jejaknya, menjadi orang-orang yang mengasihi Tuhan di dalam hidupnya. Namun, kenyataan berkata sebaliknya. Tentu tidak mudah buat Samuel, ia harus menghadapi bangsa yang tegar tengkuk, orang-orang yang sering mengecewakan Tuhan, dan penuh tuntutan kepada Tuhan. Dia mati-matian melakukan yang terbaik yang bisa diberikannya, tetapi di sisi lain juga menyadari ada keluarga yang memerlukan kehadirannya. Dua hal yang bisa menjadi perenungan kita hari ini:

Pertama, sebagai anak-anak haruslah bertanggung jawab kepada Tuhan dengan benar. Lihatlah anak-anak Samuel, mereka harusnya melihat teladan iman Samuel dan mempratikkannya dalam hidup. Tapi ngga tuh. Hidup harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Bisa dibayangkan kalau ada anak-anak hidup dalam didikan ayah yang tidak benar, lalu Tuhan bertanya, “Kenapa hidupmu tidak benar?” Tidak bisa kita hanya menjawab, “Ahh, orangtua saya orangnya ngga rohani, ngga ada yang bisa dicontoh dari mereka.” Tuhan akan selalu meminta pertanggungjawaban kita secara pribadi. Hai anak-anak, jika orangtua kalian adalah orang yang takut akan Tuhan, tapi hidup kalian berantakan, betapa susahnya hati mereka. Sebaliknya, kalau kalian tidak punya figur dalam keluarga, ada Allah Bapa, pribadi sempurna yang mengasihi kalian.

Kedua, sebagai orangtua tentu telah melakukan yang terbaik untuk iman anak-anaknya. Jika ternyata mereka tidak berjalan di jalan yang benar, kita hanya bisa berserah kepada Tuhan. Seperti anak-anak Samuel, kita tidak tahu apakah akhirnya mereka bertobat atau tidak, yang kita tahu mereka dikenal sebagai orang bejat. Namun, ada catatan menarik di bagian lain. Cucu Samuel, anak Yoel, yaitu Heman menjadi penyanyi di rumah Tuhan melayani-Nya (1Taw.6:31-33; 15:16-17). Mungkin anak-anak Anda hari ini sedang jauh dari Tuhan, yakinlah selalu ada harapan, jangan menyerah untuk berdoa bagi mereka kepada Tuhan Yesus.

Refleksi Diri:

  • Kalau Anda memiliki kepahitan dengan orangtua di masa lalu, apakah Anda bersedia membereskannya di hadapan Tuhan?
  • Sudahkah Anda melakukan yang terbaik dalam mendidik anak-anak Anda di dalam Tuhan?