Bagikan artikel ini :

Hidup Bersama Firman

Mazmur 119:73-80

Biarlah rahmat-Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup, sebab Taurat-Mu adalah kegemaranku.
- Mazmur 119:77

Hari ini hidup kita sungguh dipermudah. Dengan satu ponsel, segala sesuatu yang kita perlukan ada di dalam gengaman tangan. Tak heran, ponsel sekarang begitu lekat dengan kita karena menjadi kebutuhan utama. Ponsel sangat diperlukan untuk mendukung aktivitas kita. Sampai-sampai muncul istilah nomophobia (no mobile phobia), yaitu ketakutan beraktivitas sehari-hari tanpa gawai atau berada jauh dari ponsel. Nah, bagaimana dengan firman Tuhan? Apakah kita memiliki kelekatan yang sama terhadap firman Tuhan? Sungguh disayangkan beberapa orang percaya hidup tidak melekat pada firman Tuhan.

Pemazmur mengungkapkan seluruh perjalanan hidupnya tidak pernah terpisah dari firman Tuhan. Setiap hal yang dilakukan olehnya selalu didasari firman. Dalam situasi apa pun, dengan siapa ia berhadapan, rencana-rencananya, isi hatinya, pengharapannya, dan segala sesuatu, selalu berpaut pada firman-Nya.

Mengapa firman Tuhan begitu memesona pemazmur sehingga menjadi satu-satunya pegangan dalam menjalani hidup? Karena firman Tuhan tidak pernah salah dan akan menuntun pada kebenaran. Lebih jelasnya disampaikan Rasul Yohanes, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yoh. 1:1, 14). Yesus Kristus adalah Sang Firman. Dia telah datang ke dunia untuk menyelamatkan kita supaya kita hidup di dalam-Nya, hidup di dalam firman Tuhan. Tuhan Yesus adalah Sang Firman yang hidup di dalam setiap kita.

Apakah setiap langkah hidup kita selalu terikat dengan firman Tuhan? Hidup bersama firman Tuhan janganlah sebatas pemahaman saja, tetapi harus meresap di dalam hidup kita, tampak dalam setiap langkah hidup kita. Satu sisi ekstrim, seorang percaya yang jarang sekali hidup dengan firman Tuhan, tidak punya saat teduh, baca Alkitab seminggu sekali, itu pun kalau ke gereja. Satu sisi ekstrim lainnya adalah seorang yang suka membaca firman Tuhan, tetapi hanya untuk mengisi otaknya, bukan hatinya. Kelakuan dan firman Tuhan sejauh timur dari barat. Aneh, bukan? Hatinya tidak pernah berpaut pada firman Tuhan. Karena itu, tidak pernah usang kalimat berikut: kita harus membaca dan melakukan firman Tuhan.


Refleksi Diri:

  • Bagaimanakah kehidupan saat teduh Anda bersama dengan Tuhan?
  • Apa komitmen Anda untuk menyediakan waktu teduh membaca firman Tuhan?