Bagikan artikel ini :

Hidup di Dalam Kerendahan Hati

Mazmur 131:1-3

TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
- Mazmur 131:1

Kesombongan atau keangkuhan adalah salah satu dosa yang bisa melekat kepada siapa saja. Ketika kita memiliki apa yang tidak dimiliki oleh orang lain, maka kecenderungan berpikir dan merasa kita lebih baik daripada orang lain akan muncul. Belum lagi ketika meraih prestasi demi prestasi yang menunjukkan betapa hebat keberhasilan kita, maka hati kita pun berkata kepada diri sendiri bahwa saya orang hebat dan luar biasa, serta berkata kepada dunia bahwa saya lebih baik daripada yang lain.

Berbeda dengan Raja Daud, ia seorang yang rendah hati. Ketika banyak orang menuduh dirinya adalah orang gila kekuasaan dan takhta, Daud justru berkata, “TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.” Di hadirat Tuhan, Daud menyatakan secara jujur isi hati dan keberadaan dirinya bahwa ia tidak pernah mengejar hal-hal yang besar dan ajaib. Tidak heran, Daud menjadi seorang yang rendah hati sepanjang hidupnya. Daud selalu bertanya kepada Tuhan tatkala hendak maju berperang, ia juga menundukkan diri tatkala Tuhan menegurnya dengan keras.

Saudara-saudara yang terkasih, selama dua tahun kemarin dan pada saat renungan ini ditulis, saya percaya tidak ada seorang pun yang bisa menyombongkan dirinya. Situasi pandemi membuat semua orang berhadapan dengan ancaman virus Covid-19 yang begitu ganas. Tidak memandang orang hebat, aktor atau aktris terkenal, profesor atau pejabat sekali pun, semua takluk pada keganasan virus Corona. Situasi pandemi sebenarnya mengajarkan bahwa sebagai manusia, kita tetaplah lemah dan membutuhkan pertolongan Tuhan. Tentu kita akan berusaha sedemikian rupa untuk berjuang tetapi tetap yang mempunyai kendali dan kedaulatan atas hidup kita adalah Tuhan Yesus Kristus. Dalam situasi seperti ini, hanya satu saja yang kita bisa lakukan, yaitu menyerah dan berserah kepada Tuhan yang ajaib. Taruhlah pengharapan kita hanya kepada Yesus dan bukan kepada manusia atau apa pun yang kita anggap lebih hebat daripada Tuhan.

Refleksi diri:

  • Apa situasi hidup yang cenderung membuat Anda merasa lebih daripada orang lain?
  • Bagaimana Anda menyikapi situasi tersebut supaya tetap bisa rendah hati dan menyadari bahwa kita hanyalah manusia yang lemah di hadapan Tuhan?