Bagikan artikel ini :

Iman kita dan kehendak Allah

Markus 9:14-27

Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”
- Mazmur 103: 13

“Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya.” Kalimat ini menjadi janji Tuhan Yesus yang sangat terkenal. Tidak sedikit orang memegang janji ini seutuh-utuhnya tanpa memahami konteksnya. Mereka percaya bahwa asal beriman, maka segala sesuatu yang dimohonkan kepada Tuhan pasti akan dikabulkan. Iman kitalah penentu terkabul tidaknya doa kita.

Kalau kita mempelajari konteks cerita pada perikop ini, kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus ditujukan kepada ayah dari seorang anak yang kerasukan roh jahat. Sang ayah sudah meminta tolong kepada murid-murid Tuhan Yesus, tetapi mereka tidak sanggup mengusirnya (ay. 18b). Lalu Yesus menegur ketidakpercayaan para murid (ay. 19).

Setelah menceritakan riwayat anaknya, sang ayah memohon bantuan Yesus tetapi nada permohonannya mengandung keraguan (ay. 22). Ia meragukan kemampuan dan kekuasaan Yesus. Sebagai tanggapan terhadap keraguan tersebut, Yesus mengucapkan kalimat di atas. Dengan demikian ucapan itu harus dipahami dalam konteks peneguhan bagi seorang yang ragu-ragu. Yesus ingin menegaskan, “Tinggalkan keraguanmu, percaya kepada-Ku. Aku sanggup melakukan apa yang manusia tidak sanggup lakukan.”

Iman adalah hal penting dalam relasi dengan Tuhan. Namun, iman kepada Tuhan tidak serta merta menentukan tindakan Tuhan bagi kita. Pandangan bahwa jika iman kita kuat, iman kita benar, maka segala hal yang kita minta pasti Tuhan akan berikan adalah keliru. Kehendak Tuhan tetap merupakan misteri bagi kita. Tentu saja Tuhan sanggup mengabulkan permohonan kita, tetapi apakah Tuhan mau atau tidak? Iman kita tidak bisa “menyetir” kehendak Tuhan.

Memperkuat iman adalah panggilan seorang Kristen. Namun, menjadikan iman sebagai jalan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari Tuhan adalah kekeliruan. Sebagai orang Kristen, kita harus beriman baik saat Allah mengabulkan permintaan “mustahil” kita, maupun saat Allah seolah bisu dan diam saja terhadap hal “sepele” yang kita minta.

Yuk, jangan sandarkan iman percaya kita di atas permohonan atau keinginan kita sendiri. Menjalankan kehendak Tuhan adalah tujuan utama dari iman percaya kita.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana Anda mendasarkan permohonan-permohonan doa Anda? Apakah atas dasar keinginan sendiri atau kehendak Tuhan?
  • Apa yang bisa dilakukan untuk memperkuat iman Anda atas apa yang Tuhan Yesus kehendaki dalam hidup Anda?