Bagikan artikel ini :

Iman tidak otomatis diturunkan

1 Samuel 8:1-6

Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
- Amsal 29:17

Beberapa tahun belakangan ini banyak sekali buku yang membahas tentang mengapa anak-anak muda meninggalkan gereja. Salah satunya adalah buku berjudul, Church+Home, karya Mark Holmen. Buku ini mencatat sekitar 47% anak muda yang pergi ke gereja, sepakat bahwa kekristenan itu munafik. Anak muda dari usia 18-29 tahun setuju kekristenan munafik karena kekristenan yang mereka alami adalah sesuatu yang dilakukan hanya di gereja dan bukan di rumah.
Kekristenan hanya dijalankan di hari Minggu saja ketika mereka dicekoki firman Tuhan. Namun ketika pulang ke rumah, tidak ada pembicaraan tentang iman, doa, pembacaan Alkitab, atau bentuk kehidupan Kristen lainnya.

Kehebatan Samuel sebagai pelayan Tuhan tidak diragukan lagi. Ia adalah pemimpin yang jujur, tidak pernah menerima suap, menghakimi dengan adil, dan dikatakan seumur hidupnya ia menjadi hakim atas orang Israel (1Sam. 7:15).

Orang-orang Israel mengenal dan menghormati Samuel sebagai pria sukses di mata orang banyak. Namun ketika Samuel tua, ia mengangkat Yoel dan Abia, kedua anaknya menjadi hakim (ay. 1-2). Niatan Samuel ini baik, tetapi menyisakan pertanyaan, kenapa harus anaknya yang diangkat menjadi hakim? Jabatan imam memang diturunkan menurut tradisi Yahudi tetapi tidak demikian dengan hakim. Ini mungkin disebabkan Samuel sibuk berkeliling melayani sehingga ia tidak mengenal anaknya yang sebenarnya. Mengangkat anak-anaknya menjadi hakim tidak otomatis membuat mereka lebih rohani. Menjadikan anak-anaknya hakim tidak spontan membuat mereka mengikuti jejak integritas Samuel.

Hai, para orangtua! Mengatakan kepada anak-anak kita bahwa mereka orang Kristen tidak otomatis membuat mereka menjadi anak yang takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan adalah pendidikan yang perlu diajarkan dan ditanamkan, dibentuk sejak dini dan butuh waktu lama. Menjadikan anak-anak kita sebagai murid Kristus, diawali di rumah. Bukan bawaan dari lahir, tapi harus diajarkan. Membawa anak-anak ke gereja tidak spontan menjadikan mereka orang yang berkenan kepada Tuhan. Kita, orangtua, punya tanggung jawab serius untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang iman di dalam Tuhan Yesus.

Refleksi Diri:

  • Mengapa penting untuk mendidik ajaran dan memperkenalkan Tuhan Yesus kepada anak-anak Anda?
  • Apa langkah konkrit yang ingin Anda lakukan untuk menanamkan iman Kristiani kepada anak-anak?