Bagikan artikel ini :

Indahnya Berdamai dengan Sesama

Matius 5:21-26

tinggalkan persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Matius 5:24

Sebuah peribahasa berbunyi: dalamnya lautan dapat diukur, tapi dalamnya hati manusia tak dapat diukur. Tidak ada yang tahu secara pasti apa kata hati orang tentang kita. Berpapasan, bersalaman, bahkan saling menyapa, belum tentu hatinya tulus atau malahan masih menyimpan kepahitan kepada kita; atau mungkin sebaliknya, justru kita yang menyimpan kepahitan.

Demikian pula dalam kehidupan pergaulan kita. Kita tentu mempunyai saudara, yaitu orang-orang yang dekat dengan kita dan mereka tidak selalu saudara berdasar garis keturunan. Dengan mereka kita berinteraksi, tentu ada banyak hal positif bisa dibangun bersama, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi gesekan demi gesekan yang tidak mengenakkan di dalamnya. Tutur kata keras dan amarah dapat muncul dan bisa saling melukai. Luka batin timbul dan bila dibiarkan dapat menjadi kepahitan atau bahkan memunculkan kebencian. Bila tidak dibereskan, jadi bom waktu yang siap meledak kapan saja. Yesus sangat memahami hal tersebut, karena itu di dalam ayat 23-24 secara khusus Dia berbicara betapa pentingnya berdamai.

Dalam perikop ini, Yesus menggunakan perumpamaan dengan latar belakang ibadah. Orang-orang Yahudi sangat menekankan ketaatan dalam beribadah. Karena itu, bila masih menyimpan kebencian atau secara sadar telah melukai orang lain lalu membiarkannya, maka akan menistai ibadahnya kepada Tuhan. Ketika beribadah, kita berhadapan dengan Allah yang mulia.
Saat kita datang dengan dosa, kita tidak dilayakkan untuk beribadah kepada-Nya. Perumpamaan ini menegaskan pentingnya berdamai dengan saudara-saudara kita. Berdamai dengan sesama itu penting, tetapi jangan meninggal-kan yang terpenting, yaitu berdamai dengan Allah. Ketika seseorang ingat sedang berseteru saudaranya, langkah awal yang harus dilakukan adalah berdamai dengan Tuhan lalu kemudian segeralah berdamai dengan saudaranya.

Saudaraku, tidak ada manusia yang sempurna. Bila ada orang lain yang menyakiti atau mungkin justru kita yang telah menyakiti orang lain, rendah-kanlah diri Anda dan segeralah berdamai. Jangan sampai itu menjadi halangan bagi Anda untuk beribadah kepada Tuhan. Berdamai dengan musuh akan memberikan kelegaan dan sukacita. Tuhan Yesus memberkati.

IBADAH ANDA MENJADI SEMPURNA SAAT ANDA BERDAMAI DENGAN ALLAH TERLEBIH DAHULU DAN BARU KEMUDIAN BERDAMAI DENGAN SESAMA.