Bagikan artikel ini :

Iri Hati Dan Mementingkan Diri

Yakobus 3:13-18

Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
- Yakobus 3:16

Dua pasien sakit laki-laki dirawat di sebuah kamar di rumah sakit. Seorang di ranjang dekat jendela, yang lain di sebelah dalam. Setiap hari mereka habiskan waktu dengan saling berbincang.

Suatu sore, pasien di dekat jendela bercerita bahwa ia melihat pemandangan indah di luar jendela. Taman hijau dan danau, itik dan angsa yang berenang, serta segala yang indah. Mendengar cerita temannya, pasien yang di dalam mulai iri hati dan ingin sekali bertukar tempat. Dia berpikir mengapa hanya temannya yang bisa menikmati pemandangan indah? Mengapa bukan saya?

Suatu malam, pasien di dekat jendela tiba-tiba terbangun karena batuk-batuk. Paru-parunya dipenuhi cairan dan ia mencari tombol memanggil suster. Bukannya menolong, temannya hanya melihat saja. Keesokan harinya pasien tersebut meninggal. Kini tinggal pasien di dalam itu sendirian. Ranjangnya dipindahkan dekat jendela. Ia pikir bakalan senang bisa menikmati pemandangan indah. Kaget bukan kepalang, ternyata ia hanya melihat sebuah tembok rumah. (G.W. Tanget, “The Window” dalam The Window and Other Essays).

Ayat bacaan hari ini mengingatkan kita bahwa iri hati dan mementingkan diri sangat berbahaya karena iri hati mendatangkan kekacauan dan perbuatan jahat. Iri hati melahirkan kebencian dan kebencian bisa membunuh orang secara perlahan. Iri hati membuat seorang merasa tidak senang dengan orang lain yang lebih kaya, lebih pintar, lebih sukses atau lebih hebat dari dirinya. Akibat iri hati relasi antara sesama manusia menjadi renggang, rusak, dan hancur. Iri hati dan mementingkan diri bukan berasal dari Tuhan, melainkan dari setan (ay. 15). Pekerjaan setan adalah membuat kekacauan dan kejahatan di dalam diri manusia. Jika saat ini Anda memiliki perasaan tersebut, bertobatlah dan buang dari dalam diri Anda!

Mari tanggalkan perasaan iri hati dan mementingkan diri sendiri karena keduanya menjadi sumber dari segala kekacauan dan kejahatan. Jadilah pendamai, peramah, penurut, dan penuh belas kasihan (ay. 17). Tetaplah menjadi orang yang sejuk di tempat panas, manis di tempat yang begitu pahit, kecil meskipun telah menjadi besar, dan tenang di tengah badai yang paling hebat.

Refleksi Diri:

  • Mari evaluasi diri Anda, apakah masih ada perasaan iri hati dan mementingkan diri sendiri?
  • Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi perasaan-perasaan tersebut?