Bagikan artikel ini :

its ok to be not ok

Habakuk 3

Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, meng-gigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami.
- Habakuk 3:16

Habakuk mengalami ketakutan luar biasa. Hatinya gentar dan gemetar terhadap bencana yang akan menimpa diri, keluarga, maupun bangsanya secara keseluruhan. Habakuk sudah berteriak minta tolong kepada Tuhan agar terlepas dari hal-hal mengerikan dan menyesakkan, tapi yang terjadi justru sebaliknya, bencana dan kesukaran besar itu tak terhindarkan. Namun, perhatikan bagaimana reaksi Habakuk. Menarik bahwa Habakuk mengungkapkan perkataan luar biasa ini, “Dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan.” Wow!

Ungkapan itu seakan hendak mengucapkan selamat datang kesusahan dan kesukaran hidup, aku tidak akan lari! Tuhan tidak melepaskan Habakuk dari semua kesulitan besar itu, tapi ia tidak kehilangan imannya kepada Tuhan. Ia bahkan bisa dengan tenang menghadapi semua kesulitan.

Hidup di dalam Tuhan tidak selalu berakhir dengan kemenangan secara fisik atau lepas dari masalah yang menekan. Sewaktu-waktu kita harus siap menghadapi masalah dan seakan tidak melihat tangan Tuhan terulur hendak menolong.
Sadar atau tidak sadar, kebanyakan kita lebih senang mendengar khotbah yang selalu mendorong kita untuk “hidup berkemenangan dalam Tuhan”. Kita lebih suka memujikan lagu-lagu gembira dalam ibadah, seolah-olah hidup kita selalu ceria dan indah. Bahkan, kesaksian yang biasanya dibagikan dalam pertemuan-pertemuan gerejawi pun lebih banyak berkisar pada hal-hal positif, seperti masalah yang terpecahkan dengan baik atau doa yang terjawab.

Dalam iman kepada Tuhan, kita harus mempersiapkan diri menghadapi masa-masa sulit, masa-masa yang sangat menekan dan membuat kita kalut serta berada dalam jurang keputusasaan. Namun dalam semuanya itu, seperti Habakuk, kita tidak kehilangan iman kepada Yesus, Sang Penyelamat kita.

Saudaraku, jika Anda sungguh hidup di dalam Kristus, kiranya Anda siap menghadapi hari-hari yang penuh kesusahan. Bersiaplah menghadapi hari-hari yang nampaknya Tuhan membiarkan dan tidak hendak menolong.

Saya pribadi juga sangat susah, tapi saya mau belajar berkata seperti Habakuk, “Dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan itu” So, It’s OK to be Not OK. Saya tetap akan percaya kepada Yesus Juruselamatku!

Salam it’s OK.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana biasanya perasaan Anda saat menghadapi kesusahan dan kesukaran hidup? Gentar? Takut?
  • Seberapa besar Anda percaya bahwa Yesus akan selalu menyertai dan menolong tepat pada waktunya saat menghadapi kesukaran hidup?