Bagikan artikel ini :

Jadilah arif, bukannya bebal

Efesus 5:1-21

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif
- Efesus 5:15

Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, kualitas kepekaan terhadap dosa, serta empati dan kasih terhadap sesama menjadi semakin memburuk. Dulu manusia berdosa, sekarang pun masih berdosa. Yang berbeda hanya istilahnya saja. Kalau dulu dosa ya dibilang dosa, tapi sekarang istilahnya mulai diperhalus. Dulu zinah itu dosa, sekarang zinah itu diperhalus dengan istilah selingkuh (selingan indah kau dan akuh). Dulu menyogok itu dosa, sekarang diperhalus dengan istilah kasih tip atau uang rokok. Perbuatan-perbuatan seperti ini sebetulnya lebih berbahaya karena “menghalalkan dosa”.

Kita harus sungguh memperhatikan bagaimana cara kita hidup. Kalau tidak, kita sama bejatnya dengan orang bebal. Itulah yang Rasul Paulus sampaikan melalui Efesus 5:15. Paulus mengatakan, orang bijak (arif) memperhatikan hidupnya (pikiran, perkataan, tindakan, dan hatinya). Kitab Efesus ditulis oleh Paulus sebagai suatu nasihat, perintah, dan himbauan atas sikap hidup jemaat Efesus. Sebagai anak-anak Tuhan, jemaat Efesus tidak hidup selayaknya orang yang sudah percaya dan diselamatkan. Mereka bebal dan masih hidup dalam keberdosaan mereka.
Mereka masih hidup dalam kecemaran (ay. 3). Perkataan mereka masih kotor, kosong, dan sembrono (ay. 4). Kata-kata mereka hampa sehingga mendatangkan murka Allah (ay. 6).

Bagaimana dengan Anda? Apakah selama ini Anda suka bicara tanpa pikir panjang? Mengambil keputusan tanpa konsultasi. Membiarkan pikiran kacau, kotor, dan jahat, menguasai diri Anda. Meremehkan, memandang dengan nafsu, menghakimi orang dengan lirikan sinis Anda. Hati-hati semua itu dilakukan oleh orang-orang bebal. Orang dablek (Jawa: bodoh) suka seenaknya sendiri. Bedegongers (Sunda: keras kepala) melakukan apa yang mereka suka dan tak peduli dengan orang sekitar. Para keukeuh-nawan dan keukeuh-nawati (Sunda: keras kepala) bangga dengan keras kepala mereka. Rumpi-nawan dan rumpi-nawati yang demen merumpi sana sini, bicara asal sesuka hati.

Anda termasuk yang mana? Saya yang mana? Ya Tuhan... saya ngga mau jadi orang bebal. Bagaimana dengan Anda? Hendaklah kita bijak, dan untuk belajar bijak bisa dimulai dari hari ini. Perhatikan pikiran, cermati perkataan, timbang-timbang lagi keputusan, dan awasi hati Anda.

Refleksi Diri:

  • Adakah pikiran atau pandangan Anda yang saat ini masih bebal? Coba tanyakan kepada pasangan, kerabat, atau teman Anda.
  • Apa yang Anda akan lakukan untuk menjadi orang yang lebih arif?